Ada banyak macam komentar untuk keputusanku ini. Ku dengar para penikmat kesenangan dunia berkomentar
“Kok lu masih muda gini dah nikah? Gak takut nyesel? Lu kan baru-barunya “mekar”, baru mo melek kenikmatan dunia kok dah mengikat hubungan?”
Ada juga yang berkata “Emangnya lu gak terhibur di Jakarta sehingga memutuskan nikah muda? Di Jakarta kan banyak ‘hiburan’?”
“Hiburan apa? Bangga banget sih nambah dosa?” bantah ku dalam hati.
Bukan sok suci tapi hanya ingin membentengi diri. Aku tahu potensi devil di dalam diri ini makanya segera mengambil sebuah langkah besar untuk membendungnya. Aku tahu bisa jadi seperti apa aku ini kalau aku melepaskan untuk mengikuti sisi itu. Dan kenyataannya, situasi di lingkungan kerja sangat mendukung untuk terperosok jauh ke dalam kenikmatan dunia, aku hanya mencoba agar tidak terjebak di dalamnya, tak lebih. Pelan-pelan menata kehidupan yang lebih baik. Aku bersyukur karena Tuhan masih bersamaku.
Dan satu lagi kejutan dari istriku untuk hari ulang tahunku, sebuah buku biografi seorang pembalap MotoGP yang ku sukai karena kesukaannya akan sebuah tantangan, “Menembus batas keunggulan Valentino Rossi “. Dan memiliki buku itu adalah mendapatkan sebuah motivasi yang menambah semangatku untuk lebih baik. Thanks for my wife – (sampai saat ini pun aku masih serasa bermimpi, memanggilmu.. istriku){jcomments on}