Tahun baru, resolusi baru. Begitu orang bilang. Resolusi untuk menjalani tahun baru dengan lebih baik daripada tahun sebelumnya. Gue? Gue gak pernah mikirin hal begituan. Buat gue, bisa jadi juga rata-rata cowok lebih suka menjalani hidup yang mengalir. Berpikiran bahwa hidup adalah hari ini. Urusan besok adalah bagaimana besok. Sampai gue kenal istri gue.
Gue sampai pada sebuah pemikiran. Menemukan dua buah kata yang saat susunannya berbalik memiliki arti yang sangat berbeda. Kata itu adalah “gimana ntar” dan “ntar gimana”.
Gimana Ntar?
Ini gue banget (dulu). Saat gue gak pernah mikirin rencana keuangan bahkan untuk rencana 2 bulan ke depan. Uang hari ini adalah untuk kebutuhan hari ini. Intinya, gue gak mo repot. Mo hidup santai. Gak perlu ribet-ribet pusing ngitungin duit π
Ntar Gimana?
Dua kata yang berstruktur kalimat tanya ini sering kali terdengar dari mulut Istriku (dulu masih pacar π ). Pertanyaan ini akan muncul saat kami membicarakan tentang masalah-masalah kehidupan yang berkaitan dengan sektor keuangan.
“Gila ya! Cewek itu ribet minta ampun” keluh gue sebagai seorang cowok.
Mau begini mau begitu susah banget. Apa-apa harus sistematis. Selalu Matematis. Beda banget ama gue yang berpikiran uang yang ada hari ini ya untuk hari ini. Masalah besok adalah gimana besok.
Gue sampai kesel sama cewek gara-gara sifat yang satu ini. Tapi jangan salah. Hal ini adalah alasan terkuat gue memilih pasangan (I love You Istriku π ). Tanpa bermaksud membandingkan dengan wanita-wanita lain.
Gue berpikiran bahwa gue gak akan pernah maju, gue gak akan pernah punya apa-apa kalau gue masih memakai cara-cara membelanjakan uang yang sangat gak berkonsep begini. Sampai gue pada satu kesimpulan bahwa gue harus memilih pasangan yang benar-benar bertolak belakang dengan sifat gue dan hal yang paling cerdas gue lakuin saat itu adalah menyerahkan gaji gue kepada istri gue (waktu itu masih pacar tentunya) untuk dikelola dan dikeluarkan bila hanya ada posnya.
Waw.. cara satu ini sangat berhasil. Bukan gue yang hebat, tapi istri gue yang konsisten banget me-manage keuangan gue.
Namun ada beberapa efek yang perlu diperhatikan saat mengambil keputusan ini. Pertama : Anda akan dicap sebagai seorang ISTI (ungkapan yang sering dipakai suami-suami yang merasa dirinya hebat karena mereka tidak disetir oleh istri mereka untuk mem-bully suami-suami yang “kelihatannya” takut istri). Tidak tepat kalau mereka bilang takut istri. Hello? Ini jaman apa boy? Jaman sekarang suami istri bukan kayak jaman dulu. Dimana istri adalah pelayan suami. Istri harus selalu menuruti perintah suami. Jaman sekarang adalah jamannya suami istri adalah partner kerja. Bekerja sama di dalam sebuah ikatan rumah tangga untuk menjalankan tangga-tangga rumah, eh π
Kedua : Tiap hari bokek. Apalagi elo adalah seorang cowok dengan kawanan yang cowok banget. Elo hidup dengan uang hari ini yang udah diitung pas buat kebutuhan pokok hidup sehari. Sekali lo belanja diluar pos, lo akan membinasakan pos-pos lain yang berhubungan dengan kelangsungan hidup.
Suami mengurusi anak? Bapak rumah tangga? Kenapa gengsi? Justru gue musti nanya kepada orang-orang yang bangga karena walau mereka sudah menikah tapi mereka masih “seperti” bujang. Gue cuma bisa bilang “Luruskan niat. Ingat alasan lo dulu nikah mau apa”. Gue membela diri? Iya dong. Hidup adalah tentang pilihan dan hal yang paling bijaksana menurut gue adalah menghargai tiap putusan orang dalam menjalani hidupnya sendiri tanpa perlu menghakimi. Indahnya hidup π (Dih, jadi ngelebar kemana-mana. Curcol Mas? π )
Satu hal yang pasti, Hidup terencana dengan pos-pos keuangan yang telah terplot dan tidak boleh diganggugugat satu sama lain memberikan efek yang sangat positif dalam urusan masa depan. Hari ini, gue semakin membuktikannya, SIM A π