Categories
Sekolah Orang Tua

Akademi Keluarga Sesi 7 : Keuangan Keluarga Muslim

Oleh : Ustad Budi Ashari

Urusan keluarga seringkali dianggap adalah urusan kecil yang tidak dianggap penting untuk punya landasan, termasuk tentang keuangan keluarga. Landasan keuangan keluarga muslim adalah QS. Al Baqarah : 180 dan QS. An Nisa ayat 5. Harta yang kita miliki haruslah membawa kita kepada kebaikan Jika pendidikan kita kepada anak sudah baik, namun anak-anak masih jadi tidak baik, silahkan telusuri harta untuk memberi makan anak tersebut. Harta subhat saja tidak boleh dibawa pulang sebagai nafkah, apalagi yang haram. Harta juga harus dapat menegakkan kehidupan kita. Jangan terlalu banyak menerima pemberian supaya kita tetap bisa ‘berdiri tegak’.

Pertanggungjawaban harta di akhirat terdiri dari pemasukan dan pengeluaran harta. Pemasukan keluarga muslim terdiri dari harta halal, suami menafkahi, istri mendidik generasi, dan qonaah. Keluarga muslim harus belajar dan mengetahui tentang fikih harta supaya tidak memakan harta haram tanpa disadari. Ajarkan anak tentang halal dan haram juga saat mengajarkan tentang mencari nafkah. Setan membuat kita takut miskin.

Jauhi riba, lawan dengan jual beli. Hutang dalam Islam diizinkan, namun tidak dianjurkan. Semangat untuk membeli secara cash harus kembali dihidupkan. Selagi masih bisa lunas, jangan berhutang. Segeralah lunasi hutang.

Suami yang menafkahi, bukan berarti istri tidak boleh memiliki penghasilan sendiri. Namun istri tidak mempunyai kewajiban menafkahi keluarga, walaupun jika dia membantu suami, maka akan menjadi amal sholeh. Walaupun istri bekerja, suami harus tetap menafkahi, supaya qowamahnya terjaga.

Pemisahan harta suami dan istri sangat penting, apalagi untuk urusan waris di kemudian hari. Dalam Islam, tidak ada istilah harta gono-gini. Namun, suami mencari nafkah dan istri mendidik generasi tetaplah kondisi yang paling baik. Ajarkan anak tentang qonaah, ajak anak untuk melihat orang-orang yang di ‘bawah’, jangan terus mendongak ke ‘atas’.

Pengeluaran keluarga muslim adalah ukuran sedang yaitu ukur kemampuan belanja sesuai kondisi, tidak pelit dan tidak berlebih-lebihan, tidak boros, dan jika membantu, mulailah dari orang yang terdekat. Rejeki dari Allah itu ada saatnya naik, ada pula saatnya turun, jadi gaya hidup kita pun jangan cuma bisa naik, tapi susah untuk turun. Yang perlu diingat, shodaqoh tidak akan mengurangi harta kita, malah Allah akan mengembangkan harta kita dengan penuh keberkahan.

Harta yang berkah, walau sedikit akan menjadi modal berharga untuk kebesaran dan kecukupan kita, dan anak-anak kita kelak. Harta yang berkah akan membuat mereka menjadi anak yang sholeh/sholehah.

Jadi, jika ingin meninggalkan jaminan masa depan kepada anak berupa tabungan, pastikan kehalalannya, jauhkan dari sistem riba yang haram. Hati-hati bersandar pada harta dan hitung-hitungan belaka sampai lupa kalau Allah lah yang Maha Mengetahui apa yang akan tejadi. Dan jaminan yang paling berharga yang akan menjamin masa depan anak-anak, baik yang berharta maupun yang tidak, adalah kesholehan para ayah dan kesholehan anak-anaknya. Dengan kesholehan ayah, mereka dijaga. Dengan kesholehan anak-anak, mereka akan diurusi, dijaga, dan ditolong oleh Allah.

Mendengar materi ini merasa kalo aku ini masih sangat ‘duniawi’, terlalu banyak mikir ini itu dan terlalu jauh ke depan. Mengkhawatirkan masa depan seperti apa yang akan kami kasih ke anak-anak dengan kondisi keuangan keluarga yang pas-pasan pun gak. Sibuk mikiri finasial, lupa kalo iman dan takwa harus ditanamkan jauh lebih dulu. Memang gak ada yang salah dengan mempersiapkan masa depan, yang penting jangan sampai lupa kalau Allah itu ada. Allah yang menyayangi hambanya.

Allah, aku mohon ampun untuk kekurangtawakalan kami. Allah, bantu aku menjadi hambaMu yang berserah diri pada pertolonganMu.

Categories
Sekolah Orang Tua

Akademi Keluarga Sesi 6 : Mendidik Anak Perempuan

Oleh : Ustadzah Mulyati

Di zaman jahiliyah, anak perempuan dianggap sangat rendah sampai-sampai harus dikubur hidup-hidup. Padahal anak laki-laki atau anak perempuan adalah kehendak Allah, dan sebagai orang yang beriman, kita tidak boleh bersedih atas pemberian Allah.

Memiliki anak perempuan adalah berkah dan jalan pahala. Orangtua yang berlaku baik pada anak perempuan akan terhalang dari api neraka. Menjaga anak perempuan diibaratkan seperti menjaga bola kristal yang sangat kita sayangi. Peran perempuan harus diajarkan pada anak perempuan sejak dini. Peran sejak anak, baligh, menikah, istri, sampai menjadi ibu. Untuk mengajarkan peran itu, orangtua perlu ilmu agar anak perempuan yang dititipkan pada kita akan menjalankan perannya sesuai fitrah Islam yang Allah berikan.

Kunci pendidikan perempuan pasti ada di Alquran dan Al hadits. Ibu adalah madrasah pertama dan utama untuk anak-anaknya. Oleh karena itu seorang perempuan harus dipersiapkan supaya berkualitas baik sehingga menjadi modal utama membentuk suatu bangsa yang bernasab baik.

Rumah adalah pusat pendidikan, tempat utama penjagaan anak sesuai fitrah Allah, pilar pembentukan yang paling kuat. Rumah adalah tempat masa anak-anak paling banyak dihabiskan, tempat dimana keluarga berada, tempat berlindung anak sejak ia dilahirkan. Rumah juga tempat dimana peran orangtua dilaksanakan, peran yang berbeda anatara ayah dan ibu. Jika semuanya dipenuhi, akan terbentuk individu yang siap membangun peradaban. Individu-individu yang berkarakter.

Wanita muslimah yang berkarakter bisa dibentuk dengan mengajarkan sejak dini pemahaman tentang taat pada Allah dan rasulnya, tidak boros, dan konsumtif, berkapasitas sebagai pendidik, istri shalihah, tunduk, dan patuh terhadap kepemimpinan laki-laki. Pemahaman tentang hijab dan masa pubertas pun harus ditekankan. Muslimah pun harus diajarkan aneka keterampilan untuk dikuasainya.

Anak muslimah harus ditanamkan keimanannya secara dalam terutama saat sudah masuk di bangku sekolah. Teman adalah pengaruh besar untuk anak-anak terutama muslimah. Misal, anak muslimah diajarkan berkerudung yang benar. Terus benar sampai masuk sekolah tingkat pertama. Melihat teman-teman sebaya berkerudung yang diikat, gampang sekali bagi mereka untuk meniru. Di situlah peran orangtua, terutama ibu yang berilmu harus kuat pula. Untuk meluruskan anak tanpa membuat mereka ‘memusuhi’ kita.

Tentang hijab anak muslimah, terdiri dari berpakaian syar’i ketika keluar rumah, menetap di dalam rumah, dan tidak ikhtilat laki-laki. Ikhtilat atau bercampur baurnya laki-laki dan perempuan menjadi sumber rusaknya masyarakat dan perapuhan struktur generasi.

Oleh karena itu, Ibu, kembalilah ke rumah. Berilah pendidikan di rumah yang kuat supaya anak kuat pula menerima pendidikan di sekolah dan masyarakat.

Lagi-lagi ditekankan supaya seorang ibu tempatnya adalah di rumah. No offense yaaa. Jauh di lubuk hati pun pengen seperti itu. Tapi jalan ke sana tampaknya masih terjal, atau aku aja yang bikin kelihatan terjal ya? Sekarang semakin dalam berdoa supaya Allah selalu memberikan penjagaan dan petunjuk yang terbaik untuk keluarga kami, anak-anak kami.

Sejauh ini, aku cuma mau memakaikan Kirana baju perempuan. Celana Kirana pun bisa dihitung dengan sebelah jari tangan. Tapi untuk memakaikan kerudung sejak kecil, kok hati ini masih menolak yaaa. Padahal sekarang ini, aurat banyak sekali diumbar. Anak-anak harus tau mana aurat mereka sejak kecil sekali.

“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang meyerupai laki-laki.” (HR. Al-Bukhari No. 5885)

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian laki-laki.” (HR. Abu Daud No. 4098)

Harus tau pula bagaimana berbusana yang syar’i. Gak bisa kan ujug-ujug begitu baligh, langsung kasih kerudung dan rok. Semuanya harus dimulai dari pembiasaan.

Ah, lagi-lagi, iman ini kok rasanya makin jauh dari sempurna setiap habis ‘sekolah’ 🙁

Categories
Sekolah Orang Tua

Akademi Keluarga Sesi 5 : Mendidik Anak Laki-Laki

Oleh : Ustad Elvin Sasmita

Jika sebuah pertanyaan dilontarkan pada laki-laki berkeluarga, “Jika rumah kita terbakar, apa/ siapa yang akan diselamatkan terlebih dahulu?”, sebagian besar mereka akan menjawab “Keluarga” atau “Anak istri”. Padahal api di dunia ini hanya 1/70 kali panasnya dibanding api neraka. Berangkatlah dari pemikiran itu. Suami seharusnya berusaha lebih keras untuk menjaga keluarga / anak istrinya dari siksa api neraka yang panasnya 70 kali lipat dari panas api di bumi ini karena suami yang akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah untuk keluarganya itu. Laki-laki harus qowammah (QS Annisa : 34). Anak laki-laki harus diajarkan untuk menjadi qowammah.

Allah menitipkan anak pada kita dalam kedaan fitrah. Orangtua mempunyai peran untuk membawa anak ke arah yang benar. Jadi sebagai orang yang bertanggungjawab, prioritas sebagai orangtua adalah bagaimana fitrah Islamnya bisa kita jaga sampai nanti kembali ke Allah. Tanamkan iman dulu di hati dan rasa anak sedini mungkin, bukan logika yang didahulukan. Hikmah di usia kecil, jauh dari maksiat di usia besar. Jadikan akhirat sebagai orientasi pengasuhan, niscaya dunia akan mengikuti karena kehidupan dunia ini sangat singkat sekali dibanding kehidupan akhirat. Jangan sampai kesibukan di dunia membuat kita lupa untuk bersiap-siap untuk akhirat.

Orangtua harus menjadi teladan. Untuk mendidik anak laki-laki, kita bisa belajar dari Nabi Ibrahim AS yang memberikan teladan aqidah, teladan ibadah, dan teladan akhlaq. Cerita heroik tentang perjalanan ayahnya mencari Tuhan dan dakwah ayahnya tentu sangat berkesan untuk Ismail kecil sehingga walaupun hanya bertemu 4 kali sepanjang hidupnya dengan ayahnya, Ismail mempunyai rasa hormat yang begitu besar kepada ayahnya. Ismail ikhlas untuk disembelih ayahnya kalau itu memang perintah Allah. Jadi, teruslah berusaha mendekatkan diri pada Allah supaya kita pun punya cerita baik yang akan membuat anak-anak kita terkesan dan menjadikan kita teladan. Ajarkan ibadah bersama, totalitas dalam beribadah, dan ketaatan ibadah hanya untuk Allah, sekalipun perintah dakwah sampai harus meninggalkan keluarga. Berikan teladan akhlak yang baik.

Tempat tinggal seharusnya dipilih yang menjauhkan diri kita dari kemusyrikan dan setan. Akan sangat baik jika ada di dekat masjid, terutama jika kita punya anak laki-laki. Laki-laki harus memakmurkan masjid karena masjid adalah sumber cahaya jiwa. Sholat di masjid adalah salah satu dari kelebihan laki-laki. Ajarkan anak untuk mencintai masjid. Masjid adalah tempat belajar bersosialisasi, akhlaq, dan quran, berorganisasi, bertanggung jawab, sampai belajar tentang perbedaan lawan jenis. Masjid harus ramah pada anak-anak supaya ketika mereka beranjak dewasa, mereka tetap akan mencintai, memakmurkan masjid dan tidak meninggalkannya.

Orangtua harus memastikan bahwa makanan yang diberikan adalah makanan yang zat dan sifatnya halal serta baik dan tidak merusak tubuh. Makanan halal memudahkan anak untuk bersyukur. Setelah akidah, ibadah, dan akhlak tertanam kuat, pilihkan temannya, karena teman sebaya berpengaruh besar pula untuk membawa anak menjadi baik atau buruk. Dalam Islam, tidak ada istilah remaja, yang ada adalah baligh. Saat baligh, semua amal perbuatan akan dipertanggungjawabkan sendiri. Selain itu, kekuatan fisik anak pun harus dilatih. Pola makan, tidur, dan istirahatnya harus diperhatikan. Olahraga seperti bela diri, berkuda, memanah, dan berenang pun harus diberikan pelatihannya.

Terakhir, kayakanlah diri kita dan mereka dengan ilmu. Latih kebiasaan membaca, menulis, dan menganalisa. Belajarlah dasar-dasar ilmu agama dan non agama. Lalu baru arahkan kepada minat atau spesialisasinya. Anak-anak diciptakan bukan untuk bermain. Semoga kita bisa mendidik anak-anak laki-laki kita supaya menjadi laki-laki yang qowwamah.

Progress bulan ini sering bikin tau-tau mata menitik. Masku memulai kebiasaan baik sholat subuh ke masjid. Akhtar pun bikin aku bangga banget, selalu gampang dibangunin kalo denger “Kak, banguuun yuuuk. Mau ikut ayah ke masjid gak?” Langsung bangun, gak pake nangis langsung mau dimandiin, siap-siap, pake peci, bawa sajadah kecil, dan pamit sholat sama ayahnya. Aaaaaah, gak papa deh bayar tol mahal tiap hari, asal dua lelaki tersayang ini bisa sholat di masjid 🙂

” Sesungguhnya dua salat ini (subuh dan isya) adalah salat yang berat bagi orang munafik. Sesungguhnya bila mereka mengetahui apa yang ada dalam salat subuh dan isya, maka mereka akan mendatanginya, sekalipun dengan merangkak.”

Insya Allah, Allah pasti ganti dengan rejeki yang lebih besar. Mungkin bukan materi, mungkin tidak bisa dirasakan dalam waktu dekat. Punya anak laki-laki yang hatinya tertaut dengan masjid itu kan rejeki yang sangat besar kaaaan? 😀 Semoga Allah selalu menjaga hati kedua lelaki ini supaya mencintai masjid 🙂 Amiiin 😀