Aku bergegas mengambil handuk untuk kemudian mandi. Setelah selesai bersolek, aku menanti anakku yang masih tertidur pulas bangun dari mimpinya. Terkadang aku terpaksa membangunkannya pelan-pelan. Namun, beberapa hari ini dia sudah bangun sendiri sebelum aku membangunkannya dan hebatnya dia tidak menangis. Malah dia langsung bersuara dan menunjuk-nunjuk apa yang membuat dia tertarik. Dia sudah bisa menunjuk seakan hendak memberitahu atau menanyakan sesuatu kepada ayah atau bundanya.
“tu.. tu”kata yang keluar dari mulutnya.
Beberapa malam yang lalu, di sebuah sore menjelang maghrib saat kami semua sedang bersantai di rumah, dia berjalan ke arah bundanya. Waw, that was his first step on his own body. Kami sangat gembira malam itu. Hal yang sangat menyenangkan kala si buah hati sudah dapat berjalan sendiri. Hihi.. Sebentar lagi dia akan bisa berlari-lari bersama ayah bundanya.
Aku tak pernah bosan menciuminya, tak puas-puasnya aku memeluknya.
Dan satu hal yang selalu kunanti adalah senyumannya. Senyuman yang selalu menyemangatkan hariku, dalam kepenatan hidup, dalam kerasnya hidup, dalam carut marutnya transportasi ibu kota, senyummu selalu mengembalikan semangatku yang rontok. Jadilah anak yang kuat, kuat dalam melawan keganasan hidup. We do love you.