Oleh : Ustad Iwan Setiawan
Di Taman Kanak-Kanak sudah umum diketahui kalau anak-anak diajarkan tentang rambu-rambu lalu lintas supaya mereka tahu dan berhati-hati. Padahal mereka baru akan menggunakan ilmu itu setelah mereka menjadi pengemudi kendaraan bermotor saat besar nanti. Mengapa kita tidak memulai mengajarkan tentang halal haram sejak kecil juga? Sesuatu yang sangat penting diketahui sejak dini supaya dari kecil terjaga dari hal yang haram. Sesuatu yang langsung harus dipraktekan. Menunda mengajarkan kebaikan padahal sudah mengetahui ilmunya sama halnya dnegan memberikan kesempatan pada setan untuk mengisinya.
Mengetahui ilmu halal dan haram adalah 1/3nya agama. Halal adalah yang diperbolehkan oleh Allah. Halal itu bukan hanya mencakup makanan dan minuman saja. Haram adalah yang tidak diperbolehkan/ dilarang oleh Allah. Yang haram lebih sedikit daripada yang halal. Namun yang sedikit itu sangat menuntut kita untuk berhati-hati. Kita juga harus sangat berhati-hati tentang yang samar-samar hukumnya.
Islam mengajarkan bahwa pendidikan anak dimulai jauh sebelum anak lahir dengan memilihkan rahim terbaik tempat mereka tumbuh, yaitu sang ibu. Lalu suami, sebagai pemberi nafkah, tidak memberikan nafkah kecuali yang halal sehingga sesuatu yang haram tidak sedikit pun hinggap dalam tubuh yang kelak akan menjadi darah dan daging.Begitu anak lahir, pilihkan nama yang baik dan penuh doa, haram menggunakan nama-nama yang dilarang oleh Rasulullah untuk dipakai.
Lalu sedini mungkin kenalkan hal baik dan buruk. Bila anak melakukan hal baik, jangans egan untuk memuji. Namun jika dia melakukan hal buruk, tegur dan luruskanlah. Anak yang telah terbiasa dengan kata-kata diperbolehkan atau dilarang Allah insya Allah akan lebih terjaga. Tentu saja, contoh dari orang tua adalah hal yang mutlak.
Pengaruh makanan dan minuman ternyata bukan hanya bagi kita sebagai individu, tapi ternyata juga bisa berpengaruh bagi keluarga, masyarakat, dan masyarakat muslimin. Dari makanan bisa menentukan bersih/kotornya hati, baik/buruknya perilaku, semangat berbuat baik/buruk, terkabul/ tidak terkabulnya doa, sehat/ sakitnya fisik, kuat/lemahnya suatu generasi, dan surga/neraka.
Dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, kita bisa belajar dari Rasulullah untuk mendidik anak-anak kita tentang halal dan haram, yaitu wajib untuk mendidik dan mengajarkan halal dan haram sejak dini (sekalipun mereka belum baligh), pelarangan anak yang belum baligh dari sesuatu yang diharamkan dan menjelaskan sebab pelarangan agar anak mengetahui mengapa ia tidak boleh melakukannya, teguran/tindakan langsung dari orang tua begitu melihat anak-anak berdekatan dengan sesuatu yang haram, dan mengajak orang lain untuk juga belajar tentang halal dan haram karena kita tidak sendirian dalam mendidik dan melindungi keluarga kita.
Jika sudah terlanjur bersinggungan dan menggunakan yang haram, segera lah kembalikan pada yang berhak lalu bertaubatlah. Sesungguhnya Allah adalah Yang Maha Pengampun.
Jadi, mari kita mulai mengajarkan anak-anak kita sekecil apa pun mereka tentang halal dan haram. Berulang-ulang ucapkan. Beberapa materi halal haram yang bisa kita ulangi dari anak-anak kecil misalnya seorang laki-laki tidak memakai emas dan sutera, sedangkan wanita boleh keduanya, tidak boleh melihat kemaluan teman, haram bagi muslim memelihara anjing di dalam rumahnya kecuali anjing penjaga dan anjing pemburu, haram seorang laki-laki menyerupai perempuan dan sebaliknya, haram membuat tato, menyambung rambut, dan tindik bagi laki-laki.
—
Sebelum denger materi ini belum kepikiran sama sekali tentang ngenalin halal dan haram ke kakak sama adek. Alhamdulillah sekarang Akhtar udah cukup aware dengan selalu semangat mencari logo halal setiap dikasih/ beli makanan/ minuman. Kadang aku yang bingung jawab apa kalo pas beli makanan yang emang gak ada logonya semacam asinan. Lah emang gak ada logonya sih, jadi mikir juga eh, beneran semuanya halal gak sih ini yang dibeli 😛
Lebih bingung kalo Akhtar yang udah tau kalo babi dan anjing haram, nanya “Kalo jerapah? Gajah? bla bla bla”. Naaah, ketauan kan kalo selama ini ilmunya masih aja kurang. Jadi harus belajar lagi jauuuh lebih banyak 🙂
Tentang izin alhamdulillah udah lama dimulai sebelum ikut sekolah, tapi Akhtar masih suka lupa izin. “Kakak kalo gak izin, makanannya jadi apa hayo?” / “Harem ya?”/ “Alllem” (Kirana ikut-ikutan kakak terus kan?) :P/ “Haram kak” / “Iya, harem” / “Terus kalo haram gimana dong?” / “Dosa ya bunda? Nanti gak disayang Allah ya bunda? Nanti aku masuk meraka ya?” / “Iya” / “Besok-besok aku gak ulang deh biar disayang Allah”
Besoknya? diulang lagi kadang-kadang 😛 Gpp, jangan menyerah untuk mengajarkan kebaikan 😀