Akhtar sayang, sekarang kamu lagi di ‘sekolah’, mungkin baru selesai makan buah, atau lagi main di luar, atau mungkin malah tidur, karena tadi pagi mata kamu udah sayu tapi tak juga mau tidur. Bunda nulis ini ‘nyuri’ waktu kerja. Tapi tenang sayang, karena sekarang emang g ada yang harus bunda kerjain π
Pertamaaa, bunda minta maaf yaaa karena telat banget nulis ini. Bunda pengennya wajib ada surat buat kamu di setiap ulang tahun kamu, tapi apa daya di hari ulang tahun kamu, kita ada di tempah Mbah di Lampung. No internet there, hunny *lirik ayah :P. Trus kita lanjut ke Palembang, berkumpul dengan orang tersayang bikin Bunda ngerasa sayang kalo waktunya dipake buat internetan. Begitu mulai kerja, ternyata datang kerjaan bertubi-tubi. Maaf ya sayang, hampir sebulan surat ini telat π
Akhtar, bunda masih ingeeet banget bagaimana perasaan Bunda saat kamu masih di perut, masih sesegar ingatan Bunda waktu nulis surat yang ini buat kamu, waktu kita menunggu saat kita harus berjuang π Masih juga inget akhirnya saat berjuang bersama kamu datang. Sejelas menonton film di layar besar bisokop! Ya ya ya, kamu masih ingat kan sayang, kalo bundamu ini Pengingat, bahkan untuk hal kecil, sampe kadang terkesan so lebaaay π
Akhtar, Bunda pun masih inget sekali saat pertama mendengar tangisan kamu. Nyaring. Melengking. Begitu pun saat melihat kamu, bayi mungil yang di atas dada Bunda dengan mata besar dan jernih itu! Begitu rapuh. Begitu kecil dan terlihat lemah. Buah hati Ayah Bunda, separuh jiwa yang berbagi selama 9 bulan lamanya. It was a BIG MOMENT in Bunda’s life π Kamu, buah cinta Ayah Bunda telah nyata, di depan mata π
Akhtar, dulu kamu cuma bisa menangis. Karena begitu rapuh kelihatannya, Bunda jadi terlalu takut untuk memeluk kamu nak. Bukan, bukan karena bunda tak sayang, tapi Bunda takut Bunda akan menyakiti kamu. Yah, itu kebodohan Bunda, yang membuat di bulan pertama, jadi terasa begitu berat. Karena kita masih harus belajar banyak. Sampai kita harus kembali ke Jakarta, dan tiba waktunya untuk mengasuh kamu hanya berdua Ayah pun, Bunda masih belum terampil dan sangat tidak pede kalo kamu akan nyaman dengan Bunda π
Akhtar, dengan pertimbangan supaya kita bisa lebih dekat dan karena ayah bunda tak yakin meninggalkan kamu di rumah dengan orang yang tidak kami percaya, akhirnya kamu harus dititipkan di Taman Penitipan Anak di komples kantor Bunda. Sejak kamu berumur 2 bulan. Dikomentarin orang? Dicemooh orang? Itu makanan sehari-hari!Β Tapi kami tutup telinga, karena kami tau kami sedang berusaha memberikan apa yang menurut kami paling baik untuk kamu, untuk keluarga kita.
Bulan berlalu, pelan-pelan hubungan kita semakin harmonis. Bunda semakin yakin kalo kamu nyaman bersama Bunda. Bunda semakin yakin kalo hanya pelukan saja tidak akan menyakiti kamu. Yah, kita, bertiga harus saling mendukung di kejamnya ibu kota π Kita bertiga bekerjasama. Kita semakin terikat, semakin saling mebutuhkan. Alhamdulillah, akhirnya Bunda benar-benar merasa kalo Bunda g akan jadi Bunda yang buruk buat kamu π
Akhir tahun lalu, kita pindah ke Serpong. Ke rumah kecil kita. Bahagianya tak terkira. Tapiiiii, semakinlah orang berkomentar jelek. Anak bayi kok dibawa bolak-balik Jakarta-Serpong? G kasian? No no no, jangan pernah dengar omongan mereka ya nak. Mungkin nanti kamu masih ingat, beberapa kali melihat Bunda menangis saat memeluk kamu di motor saat hujan tiba-tiba turun dan kamu harus meringkuk di dalam jas hujan besar itu, saat kereta tiba-tiba bermasalah sampai kita harus terlunta-lunta di stasiun di malam hari saat kamu harusnya sudah nyaman bermain di rumah. Nak, mengertilah ya. Saat ini, fasilitas seperti itulah yang bisa kamu berikan buat kamu. Kita bukan orang kaya, kita sedang berjuang untuk hidup kita yang lebih baik nanti. Amiiiin π Sampai saat itu tiba, teruslah berkerjasama ya seperti yang selama ini. Sungguh, kamu, bayi kecil, adalah anak kuat! Bunda tau itu π
Akhtar, kita harus bersyukur kepada Allah SWT, karena Allah memberi Bunda kesempatan memberi kamu air susu Bunda sampai saat ini. Walau ASI bunda tidak berlimpah, beberapa kali juga harus kejar setoran, tapi alhamdulillah cukup. Itu adalah rejeki luar biasa dari Allah, nak. Kita berdoa semoga Allah masih memberi kita kesempatan sampai kamu berusia 2 tahun nanti ya? π Tentang makanan, ya, bunda emang sering dikatain lebay karena batasin apa aja yang boleh kamu makan, harus sesuai waktunya sampe 1 tahun kemarin. Tapi percayalah nak, walo bukan makanan yang wah, insya Allah itu emang yang telah ayah bunda usahakan yang terbaik untuk kamu π Semoga itu semua akan jadi bekal besar dalam hidup kamu ya, nak.
Akhtar, terlalu banyak hal indah yang kamu bawa, nak. Terima kasih untuk senyum kamu yang tulus itu, senyum yang tidak pernah berubah sejak dulu saat kamu ompong sampai sekarang bergigi 4. Senyum yang menyejukkan hati ayah bunda. Senyum yang melunturkan lelah. Senyum yang menjadi pengobat segala kesal dan amarah. Terima kasih juga untuk tawa kamu yang membuat ceria rumah kita, tawa yang menyambut Bunda setiap siang dan sore saat Bunda jemput di TPA, tawa kamu di tengah padatnya kereta yang membuat kita lebih kenal banyak orang lagi, tawa kamu yang mengisi hati kami π Terima kasih untuk genggaman tangan kamu yang menjadi penguat kami selama ini π
Terima kasih juga karena kamu selalu mau bekerjasama, berjuang bersama ayah bunda. Terima kasih atas semua usaha kamu untuk terus belajar. Dari mulai memegang, balik badan, merangkak, duduk sampai berdiri. Terima kasih untuk membuat ayah bunda bangga. Insya Allah kami tetap akan jadi orang tua yang g membanding-bandingkan kamu dengan anak lain selama kami yakin sudah memberi stimulasi yang benar. Insya Allah kami akan selalu mendukung kamu, selalu jadi supporter kamu yang paling depan π
Maaf untuk semua hal buruk yang tidak sengaja kamu dengar, kamu lihat, atau kamu rasa. Sungguh tak ada maksud untuk menyakiti kamu ya, Nak. Terlepas dari rasa cinta kami yang meluap-luap ke kamu, ayah bunda cuma manusia biasa. Kadang kalah sama emosi, kadang kalah sama perasaan. Bunda akan terus belajar untuk menjadi orangtua yang lebih baik untuk kamu.
Akhtar, surat ini sudah terlau panjang, dan mungkin membosankan, lebih baik Bunda sudahi ya?
Selamat Ulang tahun yang pertama ya, nak. Tumbuhlah besar. Jadilah anak yang sholeh, pintar, dan baik ya, nak π Ayah Bunda sayang kamu sangat π