Categories
(Trying to be a) Better Person My own corner Sekolah Orang Tua

Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu

Abdullah bin ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma– menceritakan, suatu hari saya berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Beliau bersabda,

“Nak, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat:

Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu.

Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu.

Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah,

dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah.

Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu.

Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu.

Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.

Coba kalimat ini diulang-ulang..

Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu.

Ada kumpulan air mata yang rasanya pengen menyeruak keluar dari mata gak sih?

Sesederhana itu seharusnya. Tapi kenapa kelihatannya begitu sulit?

Ya Allah, bantu hambamu yang sedang belajar untuk senantiasa menjagaMu, supaya anak-anak juga akan melihat teladan bagaimana menjaga Allahnya 🙂

A long way to go, but I’ll try the very best of me 😀

Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu.

Categories
(Trying to be a) Better Person Just My Thought Keluarga My own corner

Selamat Jalan, Om

Hari Selasa dua minggu lalu, Ibu nelpon di jam kantor. Hal yang biasa walo jarang sekali. Ibu ngabarin kalo Om Nono, suami dari Cek Era (well, harusnya aku manggil Makcik Era sih, tapi udah kadung kebiasaan dari kecil :P), masuk ICU di Cirebon sana. Aku, si ratu tega ini, tiba-tiba gak bisa menahan air mata supaya gak memenuhi mata

Ibu itu 8 bersaudara. 5 laki-laki dan 3 perempuan. Ibu menikah di taun 1986, lalu adik terdekatnya baru menikah di sekitar tahun 1993, sementara aku lahir di tahun 1987. Setelah menikah, ayah ibu memilih ngontrak di dekat rumah Yai dan Mbah (orang tua Ibu). Jadi, sepanjang ingatanku, aku tumbuh besar dengan banyak sekali kenangan bersama muka-muka pakcik dan makcikku ini. Lalu kami tumbuh bersama-sama. Aku mulai merasakan yang namanya ditinggal pergi. Satu-satu pakcik pergi merantau kerja dan kuliah. Satu-satu makcik pergi merantau dan menikah. Dan akhirnya, aku sendiri yang mengalami merantau dan menikah.

Saat ibu ngasih kabar itu, aku langsung kebayang muka Cek Era, saat terakhir kami ketemu. She looks much older than she should be. Is that hard your life is? 🙁

Langsung ingatan mundur belasan tahun ke belakang. Pada suatu masa, kami pernah sekitar 2 tahun tinggal di rumah mbah, sebelum kami pindah ke rumah yang sekarang. Karena kamar yang terbatas, aku sama Nia jadi tidur sekamar sama Cek Era. Kamar yang panaaaas sekali karena di atasnya cuma dak yang dibeton buat jemur pakaian. Kamar yang dicat dengan bentuk-bentuk asimetris dengan banyak warna dan banyak sekali bantal beraneka bentuk dari bahan yang berbeda, tentu saja hasil karya Cek Era 😛 Kamar yang di dalamnya, aku pernah ngerasain sakitnya sesak nafas berat sampai-sampai minta suntik sama dokter! Haa! Kamar yang di dalamnya, banyak ‘ramuan’ hasil racikan Cek Era. Yang itu buat rambut, yang itu buat muka. Lalala. Oh, waktu kecil katanya rambut aku sedikiiit banget, dan Cek Era setiap hari membalurkan ‘ramuan’nya di kepala aku 🙂

Aku agak-agak lupa, waktu itu sebelum atau sesudah Cek Era disuruh pulang sama Mbah dari kerja di Aceh karena waktu itu marak tentang GAM. Cek Era pulang dengan banyak sekali kardus yang berisi banyak sekali baju dan kaset. Baju-baju yang dibagikan, dan aku memilih beberapa, dan aku pakai dengan bangganya. Hahaha, entah ya dulu itu keliatannya gimana, ABG yang pake baju bekas tantenya kerja 😛 Cek Era, yang bikin iri. Kerja di kantor keren. Badannya putih bersih dan mulus sekali. Haha, minder banget si anak SMP yang kulitnya terbakar sengatan matahari karena pulang pergi jalan cukup jauh dari sekolah ke jalan besar buat nunggu angkot buat ke rumah. Mungkin tanda iri terbaca sama Cek Era, jadi hampir tiap minggu, kami akan luluran bareng pake ‘ramuan’ bikinannya 😛 Hatiku hangat sekali mengingat ini 🙂

Lalu kami pindah ke rumah baru. Di malam pertama kami di rumah baru, Cek Era ikut nemenin aku sama Nia tidur di kamar atas, yang waktu itu cuma pake genteng, dan pas hujan, jadi ada serpihan air yang masuk ke kamar :’) Lalu, Cek Era merantau lagi ke Pulau Jawa. Gak lama, ketemu jodoh 🙂 Lalu Cek Era menetap di Indramayu 🙂 Alhamdulillah, gak lama, Cek Era hamil, dan Ari lahir 🙂

Tahun 2004, pertama kalinya aku ke Pulau Jawa demi mengucap salam perpisahan sama Unpad. Pertama kalinya juga, kami ke Indramayu. Dari situ, kami dianter ke Bandung lewat Tangkuban Perahu. Beberapa bulan kemudian, Cek Era pulang ke Palembang mudik lebaran. Beberapa waktu kemudian, kami dapet kabar adek tersayang kami, Ari, yang waktu itu sekitar 1,5tahun meninggal, di pelukan Cek Era karena sesak. Perih. Kehilangan kedua terbesar yang aku rasakan (Yang pertama, waktu Yai meninggal saat aku kelas 1 SMA). Aku masih ingat, aku menangis di tengah ujian mid semester, aku menangis kalo liat foto Ari yang memang aku pajang di mading di kamar waktu kami sama-sama di Bandung, bahkan aku menangis di bis kota di perjalanan pulang dari kampus ke rumah. Oh, andai waktu itu aku tau, kalo Ari akan menunggu Ayah Ibunya di surga nanti 🙂 Allah Maha Baik, setelah itu, Cek Era dikarunia 2 anak perempuan lagi 🙂

Lalu aku pun merantau ke Jakarta. Lalu menikah, dan baru ngerasain yang namanya gak selalu pulang buat berkumpul bersama keluarga waktu lebaran 🙂 Tapi alhamdulillah, walau jarang ketemu, jarang juga telpon-telponan, saat ketemu, langsung klik. Bahkan anak-anak juga begitu ke tante-tante kecilnya. Keluarga 🙂 Beberapa kali, kami ketemu di Palembang. 1-2 kali, kami ketemu di rumah Serpong cuma buat beberapa jam saja, karena Om Nono ditunggu kerjaannya. Dan pernah 1 kali lagi kami ke Indramayu ini.

Makanya waktu Ibu nelpon ngabarin Om Nono masuk rumah sakit beberapa bulan sebelum ini, aku bingung. Iya, aku memang canggung kalo ketemu. Iya, kami jarang ketemu. Tapi di sepanjang ingatanku, he’s just fine. Dia adalah sosok Om yang sayang sekali sama Cek Era. Nyetir dari Indramayu non stop sampe ke Palembang cuma buat nganterin anak istri liburan lama di sana, untuk kemudian balik lagi ke Indamayu setelah cuma istirahat beberapa jam. Kalo bukan sayang, apa itu namanya? Om yang sekuat itu loh. Lah kenapa kok sehat-sehat tau-tau ngedrop? Lah kok malah ini masuk ICU? Cek Era gimana? Dia sendiri di sana 🙁

Yada yada yada, Sabtu lalu, satu Pakcik dari Palembang, Mbah yang berangkat dari Batam, Ayah yang ada tugas ke Parung, dan kami sekeluarga, pergi ke Cirebon. Sudah, gak usah pikirin, saldo di tabungan yang udah hampir kosong di akhir bulan itu 😛

Sekitar 7 jam karena muatannya banyak dan emang jalannya santai, kami akhirnya sampe RSUD Gunung Jati. Disambut Cek Era yang tampak tegar dan dua anak kecil yang kok udah makin tinggi. Alhamdulillah sudah keluar ICU, sudah dirawat di ruang biasa. Dan betapa aku kaget liat kondisi Om Nono. Itu pun katanya, hari itu jauh lebih baik dari hari sebelumnya. Begitu jauh dari ingatan terakhir aku saat terakhir kami ke Indramayu. Mana rambut gondrongnya? Kenapa badannya bengkak? Kenapa nafasnya tampak berat? Kenapa kenapa kenapa? But, I hide my tears. Aku peluk erat Cek Era. Aku peluk erat Balqis dan Aliyah. Pengen banget nyemangatin Om Nono, tapi aku gak bisa berkata-kata, selain ngintil di belakang ayah. Malam itu juga, kami dan ayah harus pulang, karena ayah sudah punya tiket pulang ke Palembang jam 9 pagi besoknya. And for that, I thank my husband so much. Makasih Mamas nyetir PP Cirebon satu hari itu buat jenguk keluarga :’)

Semingguan itu, doa kami sama. Berikanlah yang terbaik ya Allah. Apapun itu.

Jam 5 tadi, pas anak-anak sudah sama aku sementara Masku masih ada kerjaan, aku cek hape. Ada missed calls dari ayah, dari pakcik opek, banyak tanda pesan yang belum aku buka. DEG. Ada apa ini?

Innalillahi wainnalillahi rojiun. Om Nono sudah dipanggil oleh Allah SWT.

Aku kasih tau anak-anak dan ngajakin mereka berdoa. Dan ternyata gak kuat ya gak nangis.

Terbayang muka Om Nono waktu kami besuk dan pamit. Terbayang muka Cek Era. Terbayang muka Balqis dan Aliyah. Nanti kalo sedih, Cek Era meluk siapa? Balqis baru kelas 4. Aliyah baru kelas 2, masih kecil-kecil. Dan tumpahlah tangis itu.

Tapi siapalah kami mau mengubah takdir? Allah berkehendak, maka jadilah.

Selamat jalan Om Nono. Selamat jalan Om yang nyetirnya keren banget, sampe buat muter di jalan sempit aja, cuma perlu sekali usaha. Selamat jalan Om yang nyetir PP Indramayu cuma buat nganterin Cek Era sama anak-anak ke Serpong supaya bisa ketemu sama Ibu, sama kami. Selamat jalan Om pekerja keras yang banting tulang untuk keluarga. Semoga setiap peluh keringatmu, lelah di badanmu, menjadi pahala untukmu. Semoga Allah berkenan menerima segala perbuatan baikmu, mengampuni segala khilafmu, melapangkan kuburmu, dan memasukkanmu ke golongan orang yang pantas masuk ke surga.

Lalu semoga Cek Era semakin kuat, sabar, dan tabah menjalani takdir Allah ini. Allah gak tidur, Cek Era. Cek Era itu sosok yang sangat kuat, meski kelihatan kalau kehidupan di Indramayu sana penuh dengan perjuangan (berat), gak pernah sekali pun, aku dengar Cek Era mengeluh. Keluarga juga gak akan membiarkan Cek Era sendirian membesarkan Balqis dan Aliyah supaya jadi anak sholehah, yang doa-doanya adalah amalan yang tak terputus untuk orang tuanya.

2 di antara hak muslim/muslimah adalah menjenguk saat sakit dan menguburkan saat meninggal. Mungkin supaya jadi pengingat kepada kita, bahwa sehat itu nikmat, ajal bisa datang kapan saja. Semoga jadi pemacu untuk berusaha menjadi pribadi yang terus berusaha mendekatkan diri pada Allah. Amin ya robbal allamin.

 P.S : Aku nulis ini di tengah malam tadi. Cuma merasa harus nulis hal-hal yang berseliweran di kepala supaya pikiran liar dan perih hati karena orang yang begitu dekat dengan aku sejak kecil ini diberi cobaan begitu besar sama Allah. So lame, but I woke up in the morning with the new spirit. Bertambah alasan supaya berjuang untuk hidup yang lebih baik supaya kami bisa membantu saudara kami. Ya Allah, bantulah kami ya 🙂

Categories
(Trying to be a) Better Person My own corner Sekolah Orang Tua

Akademi Keluarga Sesi 16 : Hubungan Baik dengan Mertua, Ipar, dan Keluarga Besar

Udah keliyengan baca materinya? Hihi, tenang, ini copy paste terakhir sejak terpaksa libur ngeblog 😛

Akademi Keluarga Sesi 16 : Hubungan Baik dengan Mertua, Ipar, dan Keluarga Besar

Oleh : Ustadzah Poppy Yuditya

 Di dalam suatu keluarga, yang wajib mencari nafkah adalah suami. Nafkah suami diberikan pada orang yang menjadi tanggungannya, ibunya, ayahnya, saudarinya, saudaranya, dan seterusnya. Jika istri juga mencari nafkah, maka akan terdapat dua pintu rejeki. Walau begitu, pintu yang dibuka hanya satu saja, yaitu suami. Walau yang dikeluarkan adalah dari istri, tetap melalui suami (bisa melalui izin). Hal itu bisa menumbuhkan dan meningkatkan qowammah suami.

 Jika suami dan istri telah mengerti peran masing-masing dan memiliki pola pemahaman yang sama, maka hubungan dengan mertua, ipar, dan keluarga besar sudah pasti akan baik. Sayangnya, karena suami istri belum mengerti secara baik peran masing-masing, banyak masalah bermunculan. Tidak cocok dengan ibu mertua, pilihan berbeda, sampai perahu pernikahan terancam karam. Sangat ironis jika perahu itu benar-benar karam bukan karena pasangan suami istri dan anak (ring 1) saja, namun karena hubungan dengan keluarga yang masih mahram (ring 2), apalagi karena keluarga yang bukan mahram (ring 3). Maka benahilah dulu ring 1, baru ke ring berikutnya. Bagaimana ring 2 dan 3 bisa baik, jika ring 1 saja masih berantakan? Jangan mengorbankan ring 1 untuk ring 2 apalagi ring 3.

 Kita harus yakin bahwa tujuan syariat itu pasti memudahkan, bukan menyusahkan. Salah satu contohnya, saat Islam mengharuskan istri keluar rumah harus dengan izin suami. Jangan dipikir bahwa itu menyusahkan istri, bahkan keluar mencari kerupuk saja harus izin suami. Jangan terlalu memikirkan susahnya tanpa dijalankan dahulu. Karena saat dijalankan, istri belum tentu akan susah. Yakinlah pada perintah Allah.

 Seperti diriwayatkan H.R. Tarmidzi, Rasulullah SAW bersabda orang mukmin yang paling sempurna adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu adalah yang paling baik kepada istrinya. Maka seorang suami yang baik akan senantiasa berbuat baik pada istrinya, termasuk memberi nafkah yang layak.

 Termasuk amalan paling utama, menciptakan kegembiraan bagi seorang Muslim : dengan cara membayarkan hutangnya, memenuhi kebutuhannya dan menyelesaikan kesulitannya. Jadi, saat memang bisa membantu keluarga yang lain, maka bantulah. Niscaya Allah akan menggantikan keikhlasan kita akan digantikan Allah dengan pahala yang sangat besar.

 Kita juga harus sangat memperhatikan tentang bahayanya ipar masuk ke dalam rumah. Bahkan di dalam HR Bukhori dan Muslim, saat seorang Ansar bertanya pada Rasulullah bagaimana pendapatnya tentang saudara lelaki suami, Rasulullah menjawab Saudara lelaki suami adalah kematian. Mari belajar lagi tentang mahram lalu berlakulah sesuai ketentuan Allah. Jangan hanya karena malu, segan, maka ketentuan itu dilanggar. Contohnya : Berboncengan dengan ipar laki-laki. Jika tidak mau dengan alasan menjaga hubungan dengan mahram, mungkin akan dicap berlebihan oleh masyarakat. Tapi tidak apa-apa, kita sedang memperjuangkan sesuatu yang jauh lebih besar, yaitu ridho Allah.

 Namun jangan terlalu kaku, di luar yang sudah ditentukan Allah tentang halal dan haramnya, selalu perhatikan adab. Jika terjadi masalah dalam hubungan suami istri, maka boleh dibicarakan dengan orang saleh di sekitar. Orangtua boleh dimintai pendapat asal masuk kategori tersebut. Jika memang butuh waktu, maka berilah waktu. Jangan memaksakan menyelesaikan masalah saat masih emosi. Solusi yang ditawarkan supaya tetap kuat kokoh berdiri adalah terus bersabar. Bersabarlah, tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, penyakit, atau kesedihan, bahkan duri yang melukainya, melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahan karenanya.

 Semoga hubungan kita dengan pasangan, anak-anak, orang tua, mertua, dan keluarga besar senantiasa berjalan baik. Amin ya rabbal alamin.

Banyak ya PRnyaaa? Hihii…

Pulang dari sekolah, disuruh Masku nunggu dijemput. Dijemputnya ternyata pake motor temen yang lupa kalo ternyata dia bawa helm 1. Jadi melipir dulu ke rumah temen yang lain pinjem helm. Aku ‘diculik’ nemenin mancing bareng temen-temen kantor! Padahal lagi ngambek juga 😛 Tentu saja aku bawel. Soalnya pas pergi, anak-anak belum bangun! Dan gak pamit kan mau mancing 🙁 Huhuhu…tapi kan istri sholehah harus nurut suami yaa? 🙂 Lagian gak ngerti dari situ gimana caranya pulang sendiri 😛

Selesai hampir magrib, bawa banyaaaaaaak sekali ikan patin 🙂 Makasih ya ibu jagain anak-anak seharian lagi 🙂 Ikan-ikan juga dibersihin besoknya, dimasukin ke plastik kecil-kecil isi beberapa potong 😀 Alhamdulillah 😀

Categories
(Trying to be a) Better Person Just My Thought My own corner

Belajar dari Mana-Mana

Pagi-pagi mau ngomel ah 😛

1. Pas turun kereta di stasiun akhir, sudah pasti orang-orang mau dulu-duluan. Padahal menurutku, ya udah siiih kalo lagi dapet rejeki dapet duduk, ngalah dulu lah ya sama yang dari tadi berdiri plus desak-desakan plus digencet di setiap stasiun. Gak usah lah sibuk sendiri dengan permisi-permisi mau berdiri pas udah mau sampe stasiun. Kalo ketemu yang model begini, aku berulang-ulang bilang ke diri sendiri “Mungkin mau ngejer absen” supaya aku gak sewot sendiri 😛 Nah, pernah waktu naik kereta pas berdua sama masku, aku pake rok yang sebenernya gak terlalu lebar. Pas turun itu udah aku pegangin supaya gak keinjek orang. Sialnya, hari itu sudah sempet keinjek sama satu orang bapak-bapak. Serius, aku gak akan ngedumel sampai Bapaknya bilang “Roknya panjang sih!”. Isssssh, bilang “Maaf ya” itu lebih pendek looh! *elus dada 🙁 Jadi, 3 kata ‘ajaib’ (Tolong, Terima kasih, Maaf) itu memang hal-hal yang harus diajarkan sampai mengakar dalam ke anak-anak. Kata yang mudah sekali, tapi ternyata banyak yang susah banget bilangnya 🙁

2. Kalo beli bahan bakar, sering gak sih petugasnya buletin angka ke atas? Misal : 97.150 jadi 97.500 atau bahkan malah jadi 98.000? Makanya aku lebih sering belinya dipasin jumlahnya. 50ribu, 100ribu, dst. Bukannya pelit, tapi bukankah 100, 200 itu bukan hak mereka? Kalo bukan hak jadi dosa dong ya? 🙂 Yah, kalo pun gak bisa dipasin, insya Allah udah diikhlaskan. Tapi pernah ketemu petugas yang sepertinya masih pelatihan yang bikin aku shock. Jadi waktu itu mau isi 200ribu, tapi ternyata gak sampe segitu udah full. Jadi ya kejadian pembulatan ke atas itu terjadi lagi. 700 atau 800 ke atas. Pas dikasih kembaliannya, masku mukanya keliatan bingung. Yah namanya juga masku, lama ngitungnya 😛 Tiba-tiba mbaknya bilang “Kenapa om? Mukanya kayak gak yakin gitu?” dengan muka yang sama sekali gak ada tersirat rasa bersalahnya. “Oh, ya udahlah, Makasih” terus jalan. See? Hal yang salah itu jadi biasaaaaaaa banget prakteknya. Hal yang salah yang bikin orang sampai-sampai gak merasa bersalah melakukannya 🙁 Jadi mikir, apakah memang diam itu memang gak selalu emas? Jangan-jangan kami juga ikut andil dalam hal yang salah itu karena diam? 🙁

3. Beberapa minggu ini, masku sukanya lewat jalur contra flow yang ke arah Harmoni di tol ke arah Tomang. Padahal kalo boleh milih, aku mendingan kena macet yang lebih lama di jalur biasa. Memang enak kalo kita udah masuk di jalur contra flownya, tapiii ternyata gak semulus itu masuknya. Perjuangannya berat! Jarak berapa km itu malah bisa menghabiskan waktu 1/2 jam sendiri sampai bisa masuk ke jalur itu. Kenapa? Karena ternyata banyak bangeeeet orang yang gak bisa atau gak mau antri. Coba kalo lurus-lurus aja, harusnya jalan terus gak terhambat. Yah, kalo banyak mobil yang tau-tau mau motong antrian di tengah atau malah ujung, jadi nambahin waktu dan keruwetan, Yang udah lama-lama antri biasanya gak gampang ngasih jalan masuk, dan itu jadi bikin pagi-pagi, si istri ini harus elus-elus punggung si Mas sambil nahan nafas setiap si Mas mempertahankan jalurnya supaya gak sembarang mobil masuk. Huhuhu, apa yang susah siih sama antri? 🙁

Memang kita gak bisa ngatur orang, tapi yang di sini hatinya juga belum seluas samudera juga buat selalu ngalah 😛 Jadi ya gitu, masih lah ngedumel 😛 Jadi cermin, supaya gak jadi orang yang bikin sebel orang lain dengan melakukan hal yang sama seperti yang di atas. Itu cuma 3 yang keinget aja 😛 Dosa mungkin udah numpuk banyak, gak usah lah ditambah-tambahin lagi dengan bikin orang lain sebel 😛 Jadi pengingat juga, kalo anak-anak harus diajarin supaya gak akan melakukan hal itu juga 😀

Tetap semangat dan latihan sabarnya diseriusin  yaaa yang tinggal di Jakarta DAN SEKITARNYA 😛

Categories
(Trying to be a) Better Person Home Sweet Home Just My Thought Little Kingdom My own corner Resep Resep Watch & Read

Donat Cinta

Untuk merayakan hari Maulid Nabi Muhammad SAW, memenuhi permintaan kakak “Mau makan soto, bunda”. Search di google “soto lamongan” 😛 Hihi,  sudah mengibarkan bendera putih ke soto khas mamak mertua 😛 Udah berulang dicoba, tetep loh gak bisa sama 😛 Bahan di Lampung sama di Serpong beda kali ya? Buktinya mamak selalu bawa bahan langsung dari Lampung kalo ke sini 😛 Jadi, jenis soto lain aja deh yaa? 😀 Terus kepikiran bikin donat aja. Googling lagi, dan pening karena gak punya susu bubuk di rumah dan terlalu pelit beli susu bubuk cuma buat bikin ini 😛 11gram itu gimana takarannya (terkode mesti punya timbangan 😛 Padahal ternyata pas beli, fermipan itu satu sachetnya pas 11gr :P) Ya udah deh, towel tetangga yang udah jago banget bikin donat. Alhamdulillah, katanya gak perlu timbangan! Horeeee 😀

Jadilah di sore itu, menggunting tepung yang berprotein tinggi (Cakra Kembar) yang 1 kg, terus dikira-kira dituangkan setengah bungkusnya, terus dicampur 3 sendok makan gula pasir, dan 1 sendok teh (ngira-ngira lagi :P) ragi instan (si fermipan itu), dan sedikiit banget baking powder. Diaduk sampe kira-kira merata. Terus bikin ruang di tengahnya. Buat apa? Buat masukin 1 butir telur ayam yang udah dikocok biar gampang diuleninya. Pelan-pelan masukin 1/2 bungkus blueband yang 100gram. Terus masukin juga 200ml susu cair (aku minta susu vanilanya Akhtar :P). Aduk sampe bahan tercampur. Kalo udah tercampur, banting/ pukul sambil inget-inget hal-hal yang bikin emosi 😛 supaya adonan halus. Terus ditaruh di sebuah wadah yang ditutupi kain yang lembab. Tunggu minimal 1/2 jam.

Aku nunggunya sambil nyetrika dan nyelesaiin nonton Lee Daniel’s The Butler (2013), jadi tau-tau udah 1 jam aja 😛 (Ayahnya lagi nungguin anak-anak main di luar sambil main gitar. Dan yaa, Kirana ikut main bola dong sama kakak and the gank :P). Huwaa…alhamdulillah, adonannya ngembang! 😀 Tapi ternyata letak keseruan bikin adonan donat itu bukan cuma di bagian tenaga terkuras buat nguleninya itu, tapi juga di bagian bikin adonan donatnya cantik! Haha..gak bisa aku! Yang penting ada lubang di tengahnya deh 😛

Niatnya mau ngajak anak ‘cooking fun’, tapi langsung hilang, pas Kirana ngemutin adonan yang aku kasih dikit. Nanti aja ya dek, kalo udah lebih besar lagi 😛

Gorengnya udah sok ahli dengan make sumpit buat muterin di bagian tengahnya, ternyata tetep juga tricky kalo gak mau donatnya kecoklatan 😛

Ya sudahlah, namanya juga yang pertama dan kayaknya akan berlanjut terus gitu setelahnya 😛

Here it is, Donat Cinta Gula Putih pertama aku! Eh, roti perdana juga iniii *terharu

20130114_DonatPertamaaa

Ngeliatin orang-orang tersayang yang nungguin donat ini matang, priceless ;’)

Entah udah berapa kali aku tulis di sini, dan sepertinya akan tetep ditulis berkali-kali nanti.

Aku merasa beruntuuuuuung banget dikasih kesempatan jadi ibu. Walo banyak juga hal-hal yang bikin ngomel, tapi hal-hal kecil yang bikin hati ini hangat, jauh lebih banyak.

“Bunda, masakin aku donat ya. Makasih bunda masakin aku”

*langsung ada energi lagi buat ngepel dapur yang banjir karena atap dapur bocor 😛

Terima kasih juga ya nak, mau makan yang Bundamu (yang gak bisa masak, dan kalo masak mesti banget deket handphone buat nyontek resep ini) masak. Terima kasih sudah menghargai usaha Bunda. Bunda mungkin gak akan pernah jadi ibu yang sempurna buat kalian. Tapi ‘Namun kasih ini, silahkan kau adu. Malaikat juga tau, akulah yang kan jadi juaranya‘ 🙂

And for that, terima kasih banyak ya, Allah :’)

*ketauan banget ini pas nulis lagi mellow 😛

Categories
(Trying to be a) Better Person daily Four of Us Just My Thought Kakak-Adek My own corner

Jadi Lebih Baik Lagi

Jumat pagi minggu lalu, seragam Akhtar yang warna hijau, entah kemana 😛 Jadi gak pake seragam 😛

20130110_my3precious (3)

Mau mulai lagi ngerudungin Kirana setiap hari Jumat 😛 Yah masak, bayi ini tahan pake bendana tapi kalo kerudung cepet banget dicopotnya 😛 Ingeeet banget dulu pas masih pacaran sama si Mas, tapi udah deket mau nikah, sempet liat anak kecil yang dikerudungin pas antri nunggu bus Trans Jakarta 😛

Aku bilang aku gak mau nanti anakku gitu. Karena aku udah liat banyak banget yang berkerudung dari kecil, eh, malah santai banget lepas kerudung di saat-saat yang harusnya tetep harus dipake, misalnya : berenang (no offense ya? :D). Dan aku inget banget dulu aku sampe nangis, karena pas pertama ngekos di Jakarta, di kost cewek, pas aku keluar dari kamar mau ke kamar mandi, menemukan mas-mas yang ternyata tukang bersih-bersih lagi nyapu di lantai 2 itu! Aku merasa ‘ternoda’ sekali waktu itu. Auratku ini loh dilihat orang! 🙁 Padahal aku baru pake kerudung waktu kuliah, sekitar 17 tahun. Lebih dulu daripada Ibuku 😛 Jadi menurutku, biarkan aja, anakku pake kerudung sendiri nanti saat dia memang sudah berkeinginan sendiri dengan harapan dia udah tau apa yang harus dia lakukan. Udah tau juga kalo berkerudung, bener-bener udah gak boleh kelihatan leher, telinga, atau siku, misalnya. Yah, semacam itulah 🙂

Masku sebaliknya, maunya dari bayi dikerudungin 😛

Belum nikah udah berdebat ‘berat’ aja, kak! 😛

Kenyataannya? Tetep sih gak selalu makein Kirana baju yang selalu tertutup dan panjang, dan sampe sekarang cuma punya 2 brego kecil (yang satu malah dikadoin sama Yuli. Makasih Tante :D). Kalo pergi, gak pake baju yang tanpa lengan. Tapiii, sudah mulai dikenalkan sama kerudung. Misalnya, dengan makein kerudung di hari Jumat, perkara bertahan berapa lama, ya udah sih, gak usah dipikirin dulu 😛 Pas sholat juga, kalo anaknya lagi gak rewel, dipakein lagi 😀 And you know what, hati ini ternyata lebih ‘adem’ liatnya 😀 Mungkin ibu bapak yang aku liat dulu di busway juga ngerasain perasaaan itu yaa? 😀

20130110_KDA

Sambil dalam hati berdoa, semoga anak-anak ini nanti bener-bener jadi anak sholeh dan sholehah 😀 Amiiin 😀

Tapi, pengen anaknya sholehah, bundanya juga harus terus belajar memperbaiki diri. Kalo pengen anak cepet ‘sadar’ pake kerudung sesuai dengan ‘pakem’ yang bener, ya, tunjukkanlah. Children see, children do kan? Alhamdulillaaaah, setahun kemarin udah pake rok terus. Langkah pertama! 😀 Terakhir pake celana pas nganter ibu ke bandara pas awal tahun itu. Awalnya pas dibagiin kain seragam, udah deh nekat, bikin rok aja dua-duanya. Niatnya cuma pake rok kalo hari pake seragam. Minimal 3 kali lah ya seminggu. Eh, malah langsung keterusan 😀 Bajunya tapi belum panjang 😛 Gak papa kan ya? Pelan-pelan sajo 😛

201301_rooook

Eaaaaa, ketauan roknya itu lagi-itu lagi 😛

Eh, tadi nulis ini sebenernya mau nulis apa yaa? Hahaha..gak jelaas  banget ini 😛

Ya sudahlah, diakhiri dengan petuah saja buat anak-anak 😀

Jadi diri kalian yaaa, nak 😀 Bunda selalu mendoakan supaya Akhtar nanti jadi laki-laki yang memperlakukan wanita dengan baik dan hormat  🙂

Kirana juga yaa. Jaga diri baik-baik ya sayang. Kamu dan kakak juga Bunda doakan supaya selalu dilindungi Allah. Karena sebaik-baiknya ayah bunda menjaga kalian, Allah lah sebaik-baiknya penjaga ;’)

How lucky You, dek. Kamu punya dua laki-laki ini yang akan menyayangi dan menjaga kamu, bahkan dari kecil :’)

20130110_my3precious (1)

“Dek, adek, gandeng kakak” / “Gamaaau” dengan nada manja 😛

20130110_my3precious (4)

“Dek, adek, sini, kakak pakein bunga. Biar cantik” 🙂

20130110_my3precious (2)

   Kirana#1Fans

What are you two talking about? Hati ini mau meleleh ngeliatnya :’)

Categories
(Trying to be a) Better Person Just My Thought Kirana milestone My own corner

I’ll be by your side, you know I’ll take your hand

20140108_KeepHoldingOn

‘Cause you know we’ll make it through
We’ll make it through

Just stay strong
‘Cause you know I’m here for you
I’m here for you

Keep Holding On, salah satu list lagu favorit pas jaman masih pacaran. Hahahaha…-

Kirana sedang dalam fase seneng jalan digandeng. Kalo jalan, pasti bilang “Angaaan”. Mungkin itu artinya “Tangan”, mungkin juga artinya “Pegangan”. Karena sambil bilang gitu, sambil ngasih tangannya atau langsung ngambil tangan aku, ayahnya, atau kakaknya. 2 tangannya harus megang 😛 Kakak Akhtar yang emang seneng gandeng Kirana, jadi seneng banget karena Kirana selalu mau bahkan minta digandeng sekarang 😀

Jadi ‘makan’ ruang jalan deh jadinya! Haha… Kalo ketemu kami, dan kami lagi gak sadar ada orang di belakang yang harus bersabar nungguin jalan kami yang pelan karena ngikutin anak-anak, ditegur aja yaaaa? 😀

Karena, ini adalah salah satu hal yang bikin hatiku hangat setiap hari sekarang. Dan harus aku nikmati setiap detiknya! Cherish every moment kaan? 😀

Categories
(Trying to be a) Better Person Just My Thought My own corner

Pahlawan

Hari Senin, 9 Desember 2013, dikejutkan dengan berita tabrakan comline di Bintaro 🙁 Alhamdulillah hari itu ke kantor naik mobil karena malemnya comline tidak dioperasikan. Merinding baca ini. Merinding tau bahwa masih banyak loh orang baik di tengah dunia, yang kalo baca atau denger di berita, lebih banyak ‘gila’nya. Merinding membayangkan mereka bertiga memasrahkan diri di depan maut yang ada di depan mata untuk kebaikan yang lebih besar. Merinding sampe tau-tau mata udah basah. Merinding pas lihat foto ini..

8aba9a613a2eed07190d01ab02ea37b7

Betapa Allah itu Maha pembolak-balik.

Masinis, wakil masinis, dan teknisi. Dihantarkan dengan orang yang hormat sebanyak ini. Pasti ada yang pangkatnya lebih tinggi. Mimpi pun mungkin gak pernah. Tapi kalo Allah berkehendak. Kun fayakun! Jadilah! Mereka meninggal dengan begitu banyak orang yang mendoakan mereka ;’)

Mereka yang bekerja dengan hati :’) Jadi malu paginya ngedumel karena tiba-tiba harus ke sebuah tempat diklat buat ngecek sudah berjalan lancar belum. Padahal si mas berbaik hati nganterin, dan aku cuma harus kepanasan 10 menitan nungguin kopaja yang gak lewat-lewat pas mau balik lagi ke kantor. Malu 🙁

Kalo Allah mau membalik keadaan jadi buruk? Membuka aib kita sebagai manusia?

Tuh contohnya lagi rame juga beritanya, gubernur yang mungkin gak pernah mimpi juga harus ikut antri mandi dan berbagi ruangan dengan belasan narapidana lain.

Ya Allah, tolong jagalah kami, keturunan kami,supaya selalu melakukan hal yang lurus yang dapat meninggikan derajat kami di mataMu.

Amiiiin 🙂

dan..

Hidup ini jangan skeptis, apalagi pesimis. Orang baik itu masih banyaaaaaak sekali 😀

SMS aku cuma buat nanya apa aku dan keluarga baik-baik aja itu salah satunya. Terima kasih Tia, it means a lot for me ;’)

Categories
(Trying to be a) Better Person daily Four of Us

Drama-drama di Minggu Ini

Mari masuk ke minggu ketiga bulan ini. Bulan ini kok banyak banget dramanya siih? 😛

Setelah pulang foto-foto, masku ngajak naik kereta aja besoknya. Zzzzz..padahal itu 2 tas udah penuh sama perlengkapan anak-anak seminggu loh! Tapi terus inget, waktu hari Jumat pulang malem, jam 10 aja masih macet panjang karena ada bagian jalan yang ditinggiin dengan dibeton tepat di depan gerbang perumahan kami 🙁 Kalo naik motor, pasti gak akan kejebak macet. Terus, udah jadi semacam wacana untuk me-mix-match alat transportasi kami. Selain memang bisa menghemat, Kirana juga sudah gak bayi-bayi sekali kan? Oke deh, tasnya dibongkar lagi deh.

Senin pagi itu, kami agak kesiangan sedikit. Harusnya berangkat paling lambat 5.20 dari rumah. Iyaa, tentu saja mau naik kereta yang lebih pagi supaya lebih nyaman buat anak-anak 😀 Pas sampe stasiun, pas kereta datang. DRAMA 1 : Ngerasain lagi ngenesnya telat 1 menit saja, cuma memandang pintu kereta yang tertutup 😛 Akhtar, dibeliin satu kartu commet sendiri, kan udah 3 tahun! 😛 Kartu itu dipegang erat-erat sama kakak 😛 Nunggu kereta setelahnya sekitar 20 menit 😛 Di kereta, sempet berdiri sebentar sebelum dikasih duduk. Begitu sampe stasiun lagi, dengan semangat penghematan, kami naik Kopaja lagi. Kali ini, jalan agak jauh supaya gak ikut Kopajanya muterin Tanah Abang. Capek yaaa 😛

20131111_Pagiii

Selamat pagiiii! 😀

Dapet Kopaja setelahnya juga cepet, tapi ada banget bayi yang di Kopaja nangis sambil bilang “Nyamaaa..Epaas”. Maksudnya Gak Nyaman, Minta Lepas Jaketnya :))) Ini niih, juga salah satu alasan mau jadi roker lagi. Si bayi kecil ini, dari kecil banget, selalu nyaman. Beda kan sama kakak dulu? 😛 Jadi, supaya Kirana juga ngerti kalo hidup ini gak akan selalu cuma nyaman-nyaman aja. Kata Masku biar Akhtar, yang tentu saja sudah lupa kalo dulu dia tiap hari naik kereta itu, jadi kaya pengalaman di memorinya. Sounds lebay? Biarin 😛

Sorenya, kami mencoba alternatif lain. Biasanya pulang naik Kopaja lagi 2x dan lama aja nunggunya.  Kalo ada yang liat sebuah keluarga kecil duduk-duduk di depan kursi yang disiapin pemkot Jakarta di depan gedung PLN magrib-magrib, itu mungkin kami 😛 Nah, hari itu, kami mengambil arah jalan lain, naik bis gede di deket atrium. 1 kali naik saja, tapi nunggunya lamaaaa 😛

Oh iya, anak-anak 3 tahun kan harus udah beli tiket. Tapi ribet ternyata 😛 Soalnya mesin buat nge-tapnya kan tinggi dan harus didorong. Gak bisa dilakukan sendiri sama anak 3 tahun. Apalagi waktu men-tap pas mau keluar stasiun yang biasanya antri. Bisa dipelototin orang kalo harus nungguin Akhtar. Cara paling nyaman sekarang adalah Akhtar tetep digendong masku, nge-tap satu kali, terus palangnya didorong masku. Terus nge-tap lagi, kali ini dia beneran lewat. Nah, nah, kalo emang anak umur 3 tahun udah harus punya tiket, harusnya ada mesin tab yang balita friendly juga laah 🙂

Selasa, alhamdulillah bisa berangkat lebih pagi, bisa naik kereta 5.40 itu. Sampe Tanah Abang kurang dari jam 7, jadi gak papa deh ikut muterin Tanah Abang bareng Kopaja 502 itu. Tapi 1/2 jam looh nunggu P20 😛 Akhirnya naik bajaj dari Tugu Tani situ ke kantor. Haha, mending sekalian tadi naik bajaj dari stasiun atuh 😛

20131112_NungguKopajaaa

Kopajanya lama! Makasih loooh Pemkot DKI Jakarta buat kursi-kursi iniii 😀 *kerudungnya udah penyok sana-sini 😛

Sorenya hujan deras pas di jam pulang, ya udah deh, anak-anak dijemput dulu. Sholat dan makan dikit dulu di kantor. Abis magrib baru jalan. Naik bajaj karena udah malem. Sampe stasiun, DRAMA 2 : Keretanya ada gangguan. Penumpang numpuk 🙁 Pas akhirnya ada kereta, langsung diserbu. Gak papa, kami naik kereta setelahnya. Jam 9 malem. Pilihan yang tepat, karena lowong sekali. Kami berempat tidur dengan nyaman di kereta 😛 Haha, kalo aku balik situasinya, pasti aku heran kalo liat kejadian seperti itu di depan mata aku. Ada bapak-bapak yang tidur, anak cowoknya tidur di pangkuannya. Di sebelahnya ada istrinya yang juga merem, sambil pake gendongan yang menutupi seorang bayi yang cuma keliatan kakinya 😛 Capek beneeer 😛

20131112_Keretatelaat

Udah ngantuk, tapi gak mau bobo 😛

20131112_SleepTightDearBoys

Sleep tight, dear boys :*

Rabunya, Masku ada konsinyering. Alhamdulillah niih kan bisa nginep 😀 Udah lah, dateng agak siangan gakpapa, nyelesaiin nyuci dulu. Anak-anak pas udah siap, diajak Nenek main ke rumahnya. Rumah udah beres, kunci-kunci. Pas masku mau ngunci pagar, tau-tau, DRAMA 3 : MOTOR yang lagi dipanasin JATUH gak berapa lama dari Masku bilang “Kakak, jangan naik sendiri, G aman” Aku lemeeeeeeeeeees T___T Karena yang ada di pandangan aku, Akhtar ketimpa motor. Maaf ya Nenek dan Kakek, kami bikin kalian kaget lagi pagi-pagi 🙁 Alhamdulillah, masih ada hand guard, jadi cuma hand guardnya yang patah duluan, menyisakan ruang di antara motor dan aspal. Alhamdulillah walo lecet di motor bertambah, Akhtar gak papa. Kenapa bisa maju motornya sedikit sebelum jatuh, pertama karena posisinya satu standard (bener gak ini nulisnya? :P), lalu pas Akhtar naik, yang dipake dia buat pijakan adalah kopling 🙁

Setelah yakin Akhtar gak papa, aku cuma bisa nyari tempat duduk untuk menenangkan diri. Lalu Akhtar aku panggil, lalu aku tanya “Kakak kenapa tadi?”/ “Kakak naik sendili. Motolnya jatuh. Gak aman ya Bunda?” / “Iya kak, Bunda sedih, Bunda takut kakak tadi sakit” sambil berkaca-kaca. Beda banget yaa sama waktu ini. Waktu itu, aku yakin anak-anak gak papa, jadi lebih kuat rasanya. Kemarin itu di dalam pandangan aku, Akhtar itu udah ketimpa motor. Sesaaaaak banget dada ini 🙁 Dan si bocah langsung minta maaf dan minta peluk. Udah deh, langsung sms pak bos kalo akan dateng telat 😛 Pas baru jalan bentar, koplingnya ternyata harus dibenerin posisinya dikit. Semakin lah ya Akhtar merasa bersalah 😛 Pas ayahnya benerin, khusuk banget ngeliatin. Pas selesai “Holee, ayah hebaat. Ayah menaaang” Menang opo le? 😛

20131113_dramapagi

Ah, lalai lagi 🙁 Jadi orang tua kok masih santai kayak di pantai gituu sih Pak Dian, Bu Kiky? 🙁 Gak belajar-belajar kalo anaknya ini mau tau semua. Semua dipencet, semua diputar. Pengen tau semua. Masih aja gak bikin aman 🙁 Pas bilang ke Masku kalo Akhtar ini udah keliatan banget bahwa akan ‘kena’ tentang arti risiko kalo sudah mengalamai sendiri 🙁 Masku bilang, itu dia banget pas kecil. Terus aku juga inget, dulu pas kecil, kata ibu, aku pernah muter gas motor ayah yang lagi dipanasin juga. Motornya sampe maju, dan entah lah gimana, ayah yang ngejer, sampe celana jeans yang tebalnya bisa sobek 🙁 Kami berdua ini mungkin saja telah menurunkan sebuah sifat yang sama ke dalam gen anaknya yang satu ini.

Resolusi lagi untuk tahun ini : Lebih memastikan kalo sarana main dan belajar anak-anak AMAN

Sampe kantor, tentu saja setelah naik bajaj, masih bisa cuma TL2 😛 Pulangnya mesti jemput anak-anak sendiri dan nyusul masku ke tempat acaranya. Hujan deras lagi. Jadi DRAMA 4 : Kirana di gendongan, ditutup apron karena mau mimik, bawa tas, gandeng Akhtar sambil pegang payung. 40 menit saja kok nunggu setelah akhirnya dapet taksi. Blueb*rd dan Expr*ss laku banget ya kalo hujan. Ya jelas, bajaj pasti akan mengkalikan 2 tarifnya, beberapa taksi yang akhirnya berhenti pun langsung gak mau pake argo dan langsung minta 50ribu! Tentu dengan alasan macet 🙁

Ya Allah, hujan kan harusnya berkah yaaa? Tapi kok di Jakarta ini jadi gini-gini amat? 🙁 Punggung udah pegel karena pake gendongan yang gak ribet, karena mikir kan deket. Akhtar juga udah bolak balik nanya “Kok taksinya g belenti sih bunda?”, “Kok kita gak naik taksi siih?”, sampai “Bunda, Aktal capek. Aktal lapel” 😛 Awalnya gak mau ngomel, tapi Masku minta ditelpon, gak mungkin gak ngerocos 😛 “Gak mau tauuu, pokoknya jemput di sinii. Udah magrib dari tadi. Udah 40 menit ini berdiri. Taksi g ada yang mau berenti, bla bla bla” 😛 Abis ngomel, eh ada Bluebird yang akhirnya kosong 😀 Makasih Ibu baik hati yang bantu berhentiin. Dari tempat nunggu ke tujuan lancaaaaaaaaaar banget. G ada macet-macetnya. Makasih bapak supir yang baiiiiik, kami doakan banyak rejekinya ya paak. Semoga tetap istiqomah nyari rejeki halal ya pak. Jangan ikut-ikutan nembak argo dengan alasan macet yaa 😀

Oh iya, pas masuk taksi, Akhtar langsung ambil posisi nyaman, dan bilang “Aaaah, enaak. Bunda mana loti Aktar? Kakak lapal” 😛

Alhamdulillah, setelah dijemput masku di lobi, bisa makan enak dan tidur di kasur yang empuk sekali 🙂

Selesaaai? Belum doong, masih ada DRAMA 5! 😀