Categories
Healthier My own corner

Kiky’s Diet Journal

1 Juli 2019.

Wait? What? 2019?

Alhamdulillah kami, penghuni our little kingdom sehat πŸ˜€

Lagi pengen cerita tentang sebuah perubahan dalam pola hidup aku sekitar 9 bulan iniΒ  πŸ˜€

Alkisah, saat trip awal tahun 2018 yang ini (yang belum selesai juga ceritanya itu), sebenarnya aku khawatir sekali karena tamu bulanan telat setelat-telatnya. Kalau gak salah inget sampe 18 hari πŸ™ Setelah itu pun, siklus bulanan jadi kacau dan tidak beraturan. Sebagai orang yang parnoan, mulailah pikiran ini menjadi liar. Sampai di suatu hari, aku browsing apa sih yang bikin hal ini terjadi. Salah satu artikel mengatakan bahwa obesitas adalah salah satunya. Saat itu, aku mulai sadar dan bertekad kalau harus diet. Kalau gak ada perubahan, baru lah aku akan (mem)berani(kan diri) periksa ke dokter.

Beberapa kali nyoba, tapi gagal lagi, gagal lagi. Perasaan kok keliyengan :)) Ya udah terbiasa sama Ice Thai Tea setiap hari, terbiasa juga makan-makan aja kalau lapar πŸ™ Gak ada rem. Lalu akhirnya merasa perlu timbangan lagi setelah timbangan lama rusak berbulan-bulan (atau lebih dari bulan?). Dan KAGET banget sampe angka yang muncul di timbangan itu! Jauh lebih berat daripada waktu hamil Akhtar πŸ™

17 September 2018, Pak Suami dapet penugasan keluar kota 5 minggu. Besoknya, aku bertekad harus diet. Sengaja dipas-pasin, niatnya buat kejutan gitu, pulang-pulang, istrinya agak kurusan πŸ˜› Waktu itu, aku memutuskan untuk diet GM. Simply, karena baca-baca review, dietnya cuma seminggu, tapi bisa turun sampai 7 kg. Menggiurkan sekali kan ya? Ini kali kedua diet GM aku yang nyaris berhasil. Nyaris karena di hari terakhir diet, aku dapat penugsan ke Surabaya (kapan-kapan lah insya Allah diceritain di sini :P). Kepala udah keliyengan, sendiri pula, jadi daripada tumbang, aku memutuskan keluar dari menu sore itu. 7 hari diet ini, aku berhasil turn 3,5 kg. Alhamdulillah. Tapi, diet GM pertama aku juga turun sekitar itu, setelahnya makan nasi sedikiiit aja, udah langsung naik 1 kg. Periiiih πŸ™ Pejuang diet pasti tau rasanya.

Setelah lewat 7 hari, bingung mau diet apa lagi. Mau diet mayo kayak masa muda dulu, masih berasa traumanya rasa dada ayam rebus tanpa garam. Dulu pernah berhasil turun 9 kg, tapi, ngebayanginnya aja sudah gak sanggup. Saat itu, aku putuskan untuk cut the carbo. Sempet makan 3 sdm nasi karena penasaran sama Bebek Sinjay πŸ˜› 10 hari lah makannya gak jauh dari capcay, sate, gado-gado, bakso, dan buah. Ngerasanya sudah sehat karena udah menghindari karbo. 10 hari begitu, alhamdulillah turun lagi 1,6 kg. Tapi ya namanya mau instan, ngeselin banget turunnya lambat gitu πŸ˜›

Di titik ini, kepikiran banget. Gimana sih harusnya pola makan yang Β baik supaya gak kena kutukan yoyo effect? Supaya gak patah hati berkali-kali karena udah susah payah nahan makan berhari-hari, naiknya gampang banget lagi πŸ™

 

Alhamdulillah, Allah izinkan aku ketemu kelas diet online. Maju mundur mau nanya karena khawatir mahal. Pesertanya tampak bahagia diet, hasilnya juga bagus. Bismillah, nanya aja lah. Soalnya udah gak rela 5,1 kg yang udah terhempas itu balik lagi. Apalagi Pak Suami udah menjanjikan sesuatu yang berarti banget buat aku kalo bisa turun 10 kg πŸ˜› Maafkanlah istrimu ini yang gak sadar kalo ternyata makin besar, Pak Suami :))

Setelah berhari-hari galau karena baru kali ini harus bayar buat diet, bismillah…

Ceritanya before – after :))

Hempas 23,6kg πŸ˜€ Yes, sebanyak itu kelebihan berat badannya (selama gak ngeblog) πŸ™

Alhamdulillah, menemukan kelas diet online ini adalah salah satu hal yang sangat aku syukuri di tahun 2018. Bukan cuma tentang menurunkan berat badan, tapi tentang bagaimana mengatur pola hidup kita supaya lebih baik lalu semakin menyayangi diri sendiri πŸ™‚ Yang pasti, belajar menghargai proses, gak instan πŸ˜› Alhamdulillah, siklus bulanan sudah balik normal sejak beberapa bulan mengubah pola hidup. Dan yang terpenting, rasanya Pak Suami makin sayang dan beneran menepati janji πŸ˜€

Perjalanan menuju berat ideal masih belum selesai. Tapi insya Allah sudah on the track πŸ˜€ Dan, sekarang juga mulai berbagi ilmu di instagram @kikysdiet journal πŸ˜€ Insya Allah supaya jadi ilmu yang bermanfaat πŸ˜€

#kikysdietjournal #diet #dietaman #dietonline #premiumcoaching #respectourself

Categories
daily Four of Us My own corner Watch & Read

(The Rest of) November 2014

Di bulan November, aku dapet tulisan tangannya Mbak Feni karena cepet-cepetan komen di IG. Jaman-jaman aku masih aktif banget di IG, sekarang mah gak, fakir kuota ini πŸ˜› Makasih Mbaaak :*

Lalu, galau milih mau baca modul apa buku gelombang pinjeman dari Renny πŸ˜› Berakhir dengan gak dibaca dua-duanya pada waktu itu πŸ˜› Baca modulnya baru pas ibu dateng, dan gelombang setelahnya πŸ™‚

20141110-16

Akhirnya anak-anak dibeliin whiteboard dengan niat suci mau ngajarin mereka. Niatnyaaa begitu siiih *siul πŸ˜›

20141117-21

Carseat udah mulai jarang dipake karena menurut Masku, anak-anak kelihatan lebih aktif kalo gak duduk di kursi, lagian udah gede ini πŸ˜› Ya, jadi lah tiba-tiba kadang mereka tiduran di belakang yang kursinya dilipat itu. Kadang kursi tengah dilipat juga, dibikin jadi mobil-mobilan sama mereka πŸ˜›

Dan kakak ternyata bisa bonceng adek! Wiiiih πŸ˜€

20141122_25

Pernah makan-makan seruangan keluar kantor pas aku pengen diet (lagi). Perpisahan temen seruangan yang dapet beasiswa D4. Alhamdulillah πŸ˜€

Lalu di suatu sore, pake bahan seadanya di rumah, bikin prakarya buat kejutan di Hari Guru πŸ˜€ Itu kakak semua yang gambar πŸ™‚

Jpeg

25 November kan hari guru yaa, cukup sukses bikin bu guru terharu :’) Makasiiih bu guru πŸ™‚

20141125_HariGuru

*foto ini dari Bunda Asya

29 Desember, Tante Desi dataaang! πŸ˜€

30 November, Nenek ke sini demi kami bisa belajar buat ujian ini :* Makasiiih Nenek πŸ˜€ *tentu saja langsung ke Thamcit πŸ˜›

Categories
(Trying to be a) Better Person My own corner Sekolah Orang Tua

Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu

Abdullah bin β€˜Abbas –radhiyallahu β€˜anhuma– menceritakan, suatu hari saya berada di belakang Nabi shallallahu β€˜alaihi wasallam.

Beliau bersabda,

β€œNak, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat:

Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu.

Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu.

Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah,

dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah.

Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu.

Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu.

Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.”

Coba kalimat ini diulang-ulang..

Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu.

Ada kumpulan air mata yang rasanya pengen menyeruak keluar dari mata gak sih?

Sesederhana itu seharusnya. Tapi kenapa kelihatannya begitu sulit?

Ya Allah, bantu hambamu yang sedang belajar untuk senantiasa menjagaMu, supaya anak-anak juga akan melihat teladan bagaimana menjaga Allahnya πŸ™‚

A long way to go, but I’ll try the very best of me πŸ˜€

Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu.

Categories
(Trying to be a) Better Person Just My Thought Keluarga My own corner

Selamat Jalan, Om

Hari Selasa dua minggu lalu, Ibu nelpon di jam kantor. Hal yang biasa walo jarang sekali. Ibu ngabarin kalo Om Nono, suami dari Cek Era (well, harusnya aku manggil Makcik Era sih, tapi udah kadung kebiasaan dari kecil :P), masuk ICU di Cirebon sana. Aku, si ratu tega ini, tiba-tiba gak bisa menahan air mata supaya gak memenuhi mata

Ibu itu 8 bersaudara. 5 laki-laki dan 3 perempuan. Ibu menikah di taun 1986, lalu adik terdekatnya baru menikah di sekitar tahun 1993, sementara aku lahir di tahun 1987. Setelah menikah, ayah ibu memilih ngontrak di dekat rumah Yai dan Mbah (orang tua Ibu). Jadi, sepanjang ingatanku, aku tumbuh besar dengan banyak sekali kenangan bersama muka-muka pakcik dan makcikku ini. Lalu kami tumbuh bersama-sama. Aku mulai merasakan yang namanya ditinggal pergi. Satu-satu pakcik pergi merantau kerja dan kuliah. Satu-satu makcik pergi merantau dan menikah. Dan akhirnya, aku sendiri yang mengalami merantau dan menikah.

Saat ibu ngasih kabar itu, aku langsung kebayang muka Cek Era, saat terakhir kami ketemu. She looks much older than she should be. Is that hard your life is? πŸ™

Langsung ingatan mundur belasan tahun ke belakang. Pada suatu masa, kami pernah sekitar 2 tahun tinggal di rumah mbah, sebelum kami pindah ke rumah yang sekarang. Karena kamar yang terbatas, aku sama Nia jadi tidur sekamar sama Cek Era. Kamar yang panaaaas sekali karena di atasnya cuma dak yang dibeton buat jemur pakaian. Kamar yang dicat dengan bentuk-bentuk asimetris dengan banyak warna dan banyak sekali bantal beraneka bentuk dari bahan yang berbeda, tentu saja hasil karya Cek Era πŸ˜› Kamar yang di dalamnya, aku pernah ngerasain sakitnya sesak nafas berat sampai-sampai minta suntik sama dokter! Haa! Kamar yang di dalamnya, banyak β€˜ramuan’ hasil racikan Cek Era. Yang itu buat rambut, yang itu buat muka. Lalala. Oh, waktu kecil katanya rambut aku sedikiiit banget, dan Cek Era setiap hari membalurkan β€˜ramuan’nya di kepala aku πŸ™‚

Aku agak-agak lupa, waktu itu sebelum atau sesudah Cek Era disuruh pulang sama Mbah dari kerja di Aceh karena waktu itu marak tentang GAM. Cek Era pulang dengan banyak sekali kardus yang berisi banyak sekali baju dan kaset. Baju-baju yang dibagikan, dan aku memilih beberapa, dan aku pakai dengan bangganya. Hahaha, entah ya dulu itu keliatannya gimana, ABG yang pake baju bekas tantenya kerja πŸ˜› Cek Era, yang bikin iri. Kerja di kantor keren. Badannya putih bersih dan mulus sekali. Haha, minder banget si anak SMP yang kulitnya terbakar sengatan matahari karena pulang pergi jalan cukup jauh dari sekolah ke jalan besar buat nunggu angkot buat ke rumah. Mungkin tanda iri terbaca sama Cek Era, jadi hampir tiap minggu, kami akan luluran bareng pake β€˜ramuan’ bikinannya πŸ˜› Hatiku hangat sekali mengingat ini πŸ™‚

Lalu kami pindah ke rumah baru. Di malam pertama kami di rumah baru, Cek Era ikut nemenin aku sama Nia tidur di kamar atas, yang waktu itu cuma pake genteng, dan pas hujan, jadi ada serpihan air yang masuk ke kamar :’) Lalu, Cek Era merantau lagi ke Pulau Jawa. Gak lama, ketemu jodoh πŸ™‚ Lalu Cek Era menetap di Indramayu πŸ™‚ Alhamdulillah, gak lama, Cek Era hamil, dan Ari lahir πŸ™‚

Tahun 2004, pertama kalinya aku ke Pulau Jawa demi mengucap salam perpisahan sama Unpad. Pertama kalinya juga, kami ke Indramayu. Dari situ, kami dianter ke Bandung lewat Tangkuban Perahu. Beberapa bulan kemudian, Cek Era pulang ke Palembang mudik lebaran. Beberapa waktu kemudian, kami dapet kabar adek tersayang kami, Ari, yang waktu itu sekitar 1,5tahun meninggal, di pelukan Cek Era karena sesak. Perih. Kehilangan kedua terbesar yang aku rasakan (Yang pertama, waktu Yai meninggal saat aku kelas 1 SMA). Aku masih ingat, aku menangis di tengah ujian mid semester, aku menangis kalo liat foto Ari yang memang aku pajang di mading di kamar waktu kami sama-sama di Bandung, bahkan aku menangis di bis kota di perjalanan pulang dari kampus ke rumah. Oh, andai waktu itu aku tau, kalo Ari akan menunggu Ayah Ibunya di surga nanti πŸ™‚ Allah Maha Baik, setelah itu, Cek Era dikarunia 2 anak perempuan lagi πŸ™‚

Lalu aku pun merantau ke Jakarta. Lalu menikah, dan baru ngerasain yang namanya gak selalu pulang buat berkumpul bersama keluarga waktu lebaran πŸ™‚ Tapi alhamdulillah, walau jarang ketemu, jarang juga telpon-telponan, saat ketemu, langsung klik. Bahkan anak-anak juga begitu ke tante-tante kecilnya. Keluarga πŸ™‚ Beberapa kali, kami ketemu di Palembang. 1-2 kali, kami ketemu di rumah Serpong cuma buat beberapa jam saja, karena Om Nono ditunggu kerjaannya. Dan pernah 1 kali lagi kami ke Indramayu ini.

Makanya waktu Ibu nelpon ngabarin Om Nono masuk rumah sakit beberapa bulan sebelum ini, aku bingung. Iya, aku memang canggung kalo ketemu. Iya, kami jarang ketemu. Tapi di sepanjang ingatanku, he’s just fine. Dia adalah sosok Om yang sayang sekali sama Cek Era. Nyetir dari Indramayu non stop sampe ke Palembang cuma buat nganterin anak istri liburan lama di sana, untuk kemudian balik lagi ke Indamayu setelah cuma istirahat beberapa jam. Kalo bukan sayang, apa itu namanya? Om yang sekuat itu loh. Lah kenapa kok sehat-sehat tau-tau ngedrop? Lah kok malah ini masuk ICU? Cek Era gimana? Dia sendiri di sana πŸ™

Yada yada yada, Sabtu lalu, satu Pakcik dari Palembang, Mbah yang berangkat dari Batam, Ayah yang ada tugas ke Parung, dan kami sekeluarga, pergi ke Cirebon. Sudah, gak usah pikirin, saldo di tabungan yang udah hampir kosong di akhir bulan itu πŸ˜›

Sekitar 7 jam karena muatannya banyak dan emang jalannya santai, kami akhirnya sampe RSUD Gunung Jati. Disambut Cek Era yang tampak tegar dan dua anak kecil yang kok udah makin tinggi. Alhamdulillah sudah keluar ICU, sudah dirawat di ruang biasa. Dan betapa aku kaget liat kondisi Om Nono. Itu pun katanya, hari itu jauh lebih baik dari hari sebelumnya. Begitu jauh dari ingatan terakhir aku saat terakhir kami ke Indramayu. Mana rambut gondrongnya? Kenapa badannya bengkak? Kenapa nafasnya tampak berat? Kenapa kenapa kenapa? But, I hide my tears. Aku peluk erat Cek Era. Aku peluk erat Balqis dan Aliyah. Pengen banget nyemangatin Om Nono, tapi aku gak bisa berkata-kata, selain ngintil di belakang ayah. Malam itu juga, kami dan ayah harus pulang, karena ayah sudah punya tiket pulang ke Palembang jam 9 pagi besoknya. And for that, I thank my husband so much. Makasih Mamas nyetir PP Cirebon satu hari itu buat jenguk keluarga :’)

Semingguan itu, doa kami sama. Berikanlah yang terbaik ya Allah. Apapun itu.

Jam 5 tadi, pas anak-anak sudah sama aku sementara Masku masih ada kerjaan, aku cek hape. Ada missed calls dari ayah, dari pakcik opek, banyak tanda pesan yang belum aku buka. DEG. Ada apa ini?

Innalillahi wainnalillahi rojiun. Om Nono sudah dipanggil oleh Allah SWT.

Aku kasih tau anak-anak dan ngajakin mereka berdoa. Dan ternyata gak kuat ya gak nangis.

Terbayang muka Om Nono waktu kami besuk dan pamit. Terbayang muka Cek Era. Terbayang muka Balqis dan Aliyah. Nanti kalo sedih, Cek Era meluk siapa? Balqis baru kelas 4. Aliyah baru kelas 2, masih kecil-kecil. Dan tumpahlah tangis itu.

Tapi siapalah kami mau mengubah takdir? Allah berkehendak, maka jadilah.

Selamat jalan Om Nono. Selamat jalan Om yang nyetirnya keren banget, sampe buat muter di jalan sempit aja, cuma perlu sekali usaha. Selamat jalan Om yang nyetir PP Indramayu cuma buat nganterin Cek Era sama anak-anak ke Serpong supaya bisa ketemu sama Ibu, sama kami. Selamat jalan Om pekerja keras yang banting tulang untuk keluarga. Semoga setiap peluh keringatmu, lelah di badanmu, menjadi pahala untukmu. Semoga Allah berkenan menerima segala perbuatan baikmu, mengampuni segala khilafmu, melapangkan kuburmu, dan memasukkanmu ke golongan orang yang pantas masuk ke surga.

Lalu semoga Cek Era semakin kuat, sabar, dan tabah menjalani takdir Allah ini. Allah gak tidur, Cek Era. Cek Era itu sosok yang sangat kuat, meski kelihatan kalau kehidupan di Indramayu sana penuh dengan perjuangan (berat), gak pernah sekali pun, aku dengar Cek Era mengeluh. Keluarga juga gak akan membiarkan Cek Era sendirian membesarkan Balqis dan Aliyah supaya jadi anak sholehah, yang doa-doanya adalah amalan yang tak terputus untuk orang tuanya.

2 di antara hak muslim/muslimah adalah menjenguk saat sakit dan menguburkan saat meninggal. Mungkin supaya jadi pengingat kepada kita, bahwa sehat itu nikmat, ajal bisa datang kapan saja. Semoga jadi pemacu untuk berusaha menjadi pribadi yang terus berusaha mendekatkan diri pada Allah. Amin ya robbal allamin.

Β P.S : Aku nulis ini di tengah malam tadi. Cuma merasa harus nulis hal-hal yang berseliweran di kepala supaya pikiran liar dan perih hati karena orang yang begitu dekat dengan aku sejak kecil ini diberi cobaan begitu besar sama Allah. So lame, but I woke up in the morning with the new spirit. Bertambah alasan supaya berjuang untuk hidup yang lebih baik supaya kami bisa membantu saudara kami. Ya Allah, bantulah kami ya πŸ™‚

Categories
(Trying to be a) Better Person My own corner Sekolah Orang Tua

Akademi Keluarga Sesi 16 : Hubungan Baik dengan Mertua, Ipar, dan Keluarga Besar

Udah keliyengan baca materinya? Hihi, tenang, ini copy paste terakhir sejak terpaksa libur ngeblog πŸ˜›

Akademi Keluarga Sesi 16 : Hubungan Baik dengan Mertua, Ipar, dan Keluarga Besar

Oleh : Ustadzah Poppy Yuditya

Β Di dalam suatu keluarga, yang wajib mencari nafkah adalah suami. Nafkah suami diberikan pada orang yang menjadi tanggungannya, ibunya, ayahnya, saudarinya, saudaranya, dan seterusnya. Jika istri juga mencari nafkah, maka akan terdapat dua pintu rejeki. Walau begitu, pintu yang dibuka hanya satu saja, yaitu suami. Walau yang dikeluarkan adalah dari istri, tetap melalui suami (bisa melalui izin). Hal itu bisa menumbuhkan dan meningkatkan qowammah suami.

Β Jika suami dan istri telah mengerti peran masing-masing dan memiliki pola pemahaman yang sama, maka hubungan dengan mertua, ipar, dan keluarga besar sudah pasti akan baik. Sayangnya, karena suami istri belum mengerti secara baik peran masing-masing, banyak masalah bermunculan. Tidak cocok dengan ibu mertua, pilihan berbeda, sampai perahu pernikahan terancam karam. Sangat ironis jika perahu itu benar-benar karam bukan karena pasangan suami istri dan anak (ring 1) saja, namun karena hubungan dengan keluarga yang masih mahram (ring 2), apalagi karena keluarga yang bukan mahram (ring 3). Maka benahilah dulu ring 1, baru ke ring berikutnya. Bagaimana ring 2 dan 3 bisa baik, jika ring 1 saja masih berantakan? Jangan mengorbankan ring 1 untuk ring 2 apalagi ring 3.

Β Kita harus yakin bahwa tujuan syariat itu pasti memudahkan, bukan menyusahkan. Salah satu contohnya, saat Islam mengharuskan istri keluar rumah harus dengan izin suami. Jangan dipikir bahwa itu menyusahkan istri, bahkan keluar mencari kerupuk saja harus izin suami. Jangan terlalu memikirkan susahnya tanpa dijalankan dahulu. Karena saat dijalankan, istri belum tentu akan susah. Yakinlah pada perintah Allah.

Β Seperti diriwayatkan H.R. Tarmidzi, Rasulullah SAW bersabda orang mukmin yang paling sempurna adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu adalah yang paling baik kepada istrinya. Maka seorang suami yang baik akan senantiasa berbuat baik pada istrinya, termasuk memberi nafkah yang layak.

Β Termasuk amalan paling utama, menciptakan kegembiraan bagi seorang Muslim : dengan cara membayarkan hutangnya, memenuhi kebutuhannya dan menyelesaikan kesulitannya. Jadi, saat memang bisa membantu keluarga yang lain, maka bantulah. Niscaya Allah akan menggantikan keikhlasan kita akan digantikan Allah dengan pahala yang sangat besar.

Β Kita juga harus sangat memperhatikan tentang bahayanya ipar masuk ke dalam rumah. Bahkan di dalam HR Bukhori dan Muslim, saat seorang Ansar bertanya pada Rasulullah bagaimana pendapatnya tentang saudara lelaki suami, Rasulullah menjawab Saudara lelaki suami adalah kematian. Mari belajar lagi tentang mahram lalu berlakulah sesuai ketentuan Allah. Jangan hanya karena malu, segan, maka ketentuan itu dilanggar. Contohnya : Berboncengan dengan ipar laki-laki. Jika tidak mau dengan alasan menjaga hubungan dengan mahram, mungkin akan dicap berlebihan oleh masyarakat. Tapi tidak apa-apa, kita sedang memperjuangkan sesuatu yang jauh lebih besar, yaitu ridho Allah.

Β Namun jangan terlalu kaku, di luar yang sudah ditentukan Allah tentang halal dan haramnya, selalu perhatikan adab. Jika terjadi masalah dalam hubungan suami istri, maka boleh dibicarakan dengan orang saleh di sekitar. Orangtua boleh dimintai pendapat asal masuk kategori tersebut. Jika memang butuh waktu, maka berilah waktu. Jangan memaksakan menyelesaikan masalah saat masih emosi. Solusi yang ditawarkan supaya tetap kuat kokoh berdiri adalah terus bersabar. Bersabarlah, tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, penyakit, atau kesedihan, bahkan duri yang melukainya, melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahan karenanya.

Β Semoga hubungan kita dengan pasangan, anak-anak, orang tua, mertua, dan keluarga besar senantiasa berjalan baik. Amin ya rabbal alamin.

Banyak ya PRnyaaa? Hihii…

Pulang dari sekolah, disuruh Masku nunggu dijemput. Dijemputnya ternyata pake motor temen yang lupa kalo ternyata dia bawa helm 1. Jadi melipir dulu ke rumah temen yang lain pinjem helm. Aku ‘diculik’ nemenin mancing bareng temen-temen kantor! Padahal lagi ngambek juga πŸ˜› Tentu saja aku bawel. Soalnya pas pergi, anak-anak belum bangun! Dan gak pamit kan mau mancing πŸ™ Huhuhu…tapi kan istri sholehah harus nurut suami yaa? πŸ™‚ Lagian gak ngerti dari situ gimana caranya pulang sendiri πŸ˜›

Selesai hampir magrib, bawa banyaaaaaaak sekali ikan patin πŸ™‚ Makasih ya ibu jagain anak-anak seharian lagi πŸ™‚ Ikan-ikan juga dibersihin besoknya, dimasukin ke plastik kecil-kecil isi beberapa potong πŸ˜€ Alhamdulillah πŸ˜€

Categories
My own corner Sekolah Orang Tua Sharing Is Caring

Akademi Keluarga Sesi 15 : Keselarasan antara Rumah dan Sekolah

Lompat ke satu bulan setelahnya. Hoooop! 13 Desember 2014 πŸ˜€

Kali ini sekolahnya cuma berdua karena di rumah masih ada Ibu. Konyolnya aku gak baca lokasinya. Udah sampe di Kelapa Dua, ternyata pindah ke Djuanda πŸ˜› Telat 5 menit, tapi insya Allah gak ketinggalan materi apa-apa πŸ™‚

Akademi Keluarga Sesi 15 : Keselarasan antara Rumah dan Sekolah

Oleh : Ustad Galan

Β Pendidikan dimulai dari rumah. Rumah adalah lembaga pendidikan pertama. Di dalam rumah, semua pelajaran pertama seharusnya dimulai. Seorang pemimpin keluarga akan diminta pertangungjawaban tentang keluarga yang dipimpinnya. Seorang istri adalah pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya dan ia bertanggung jawab terhadap mereka. Ikutilah jalan yang ditunjukkan dalam Alquran dan Hadis karena jalan yang ditunjukkan pasti lurus. Jadi kuat tidaknya masyarakat dapat dilihat dari kuat tidaknya rumah-rumah di dalam masyarakat tersebut.

Β Jika rumah, sekolah, dan masyarakat adalah pilar utama pendidikan. Maka rumah adalah yang pertama dan yang paling kuat. Rumah adalah tempat anak-anak diterima pertama kali dalam keadaan fitrah. Anak-anak (sebelum baligh) menghabiskan waktu banyak waktu di rumah dibanding di tempat lain. Orangtua bertanggungjawab pada anaknya. Allah menjanjikan derajat yang tinggi bagi orangtua di hadapan anak-anaknya. Allah menjadikan rasa cinta untuk anak-anak di hati kedua orangtua. Keluarga adalah satu-satunya jamaah yang orang berafiliasi selama hidupnya. Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya rumah dalam pendidikan.

Β Sayangnya, pendidikan saat ini sangat jauh dari tuntunan dalam Islam. Sekolah β€˜jauh’ dari masjid. Sekolah di negara Islam mengikuti kurikulum dan manajemen di sekolah barat. Bahkan di banyak sekolah, sekolah menghancurkan apa yang diajarkan di dalam rumah. Β Padahal seharusnya sekolah harus mendekatkan hubungan dengan rumah. Hubungan antara sekolah dan orangtua harus berjalan harmonis. Bisa dilakukan dengan kegiatan belajar bersama orangtua, pertemuan rutin orangtua dan guru, sampai tugas harian yang ditujukan guru agar anak lebih dekat kepada orangtuanya.

Beberapa hal yang harus diperhatikan saat memilih sekolah yaitu wajib tidak menyebutkan keburukan sekolah (apalagi gurunya) di hadapan anak. Guru harus memiliki wibawa yang besar sekali untuk anak. Anak sudah mulai diajak untuk melihat bakal sekolah dan kegiatannya. Peralatan sekolah pun sudah harus disiapkan sebelum mulai tahun ajaran. Yang perlu disoroti saat ini adalah fenomena orangtua yang mengajak anaknya untuk memilih sekolahnya. Padahal anak adalah tanggung jwab orangtua. Orangtua lah yang seharusnya memutuskan, bukan anak (apalagi anak di bawah usia sekolah wajib).

Lalu, fenomena yang lain adalah memberi anak banyak sekali kursus tambahan. Lebih banyak lebih baik. Apakah itu perlu? Menurut Khalid Asy-Sayntut, seorang pakar pendidikan Islam, hal itu tidak perlu. Guru/kursus tambahan hanya untuk anak-anak yang lemah dan orangtua yang tidak mengerti. Khalid Asy-Syantut bahkan menjabarkan agenda harian anak sejak bangun sampai tidur lagi yang dibedakan dengan agenda jika anak ujian untuk dapat dijadikan pedoman sehari-hari.

Jika memiliki anak banyak, orangtua mengajarkan anak pertama, lalu anak pertama mengajarkan adiknya sambil orangtua mengontrol. Jika liburan, bukan tidur dan bermain yang diperbanyak. Terus rutin belajar adalah yang paling disarankan. Namun waktu belajar boleh dikurangi. Waktu tidur boleh diperbanyak tapi hanya sedikit. Boleh menambah waktu main, tapi sedikit juga. Akan jauh lebih baik jika ada kegiatan tambahan yang membawa manfaat. Jika mulai besar, liburan bisa digunakan untuk magang kerja.

Jadilah orangtua yang tidak hanya fokus pada nilai. Fokuslah pada usaha dan perbaikan pada jawaban yang diberikan anak-anak. Mari berusaha menjadikan rumah yang akan menghasilkan anak-anak sholeh dan sholehah yang berprestasi gemilang. Lagi-lagi, jika ingin anak yang dekat dengan fitrahnya, orangtua pun harus sekuat tenaga berusaha untuk lebih dahulu dekat dengan fitrah.

Lagi-lagi mata berkaca-kaca. Membayangkan sebuah sekolah yang sedang berusaha menanamkan kekaguman anak pada guru, namun tak lupa bahwa kekaguman pada orangtua pun tak oleh luntur :’) Sebuah sekolah yang menanamkan iman :’)

Categories
My own corner Sekolah Orang Tua Sharing Is Caring

Akademi Keluarga Sesi 14 : Baca Tulis Hitung

Masih di hari yang sama…

Akademi Keluarga Sesi 14 : Baca Tulis Hitung

Oleh : Ustadzah Nurliani Rahma Dewi

Adab adalah 2/3 dari ilmu itu sendiri. Jadi dalam belajar, adab harus diterapkan. Sebelum belajar, dilakukan pengkondisian supaya adab belajar tetap bisa terjaga. Baca tulis di Kuttab adalah aplikasi iman dengan pedoman Alquran. Urutannya dimulai dari juz 30 tentang alam, manusia, kisah, dan tadabur.

Calistung haruslah berangkat dari satu tujuan besar. Allah memerintahkan supaya kita membaca, menulis, dan berilmu. Tujuan besar itu ada di surat Al Alaq. Ayat pertama untuk Rasulullah adalah Iqra, bacalah. Membaca adalah perintah pertama Allah. Apakah ada yang lebih jelas daripada itu? Jadi benahi niat kita, ajarakan anak membaca untuk menaati perintah Allah, supaya Allah ridho, bukan hanya mengikuti kurikulum semata. Menghapal dan memahami arti harus sepaket, tidak boleh dipisahkan.

Membaca harus diartikan secara utuh, yaitu membaca kitab Alquran, membaca hukum alam, dan membaca norma-norma. Pelajaran membaca harus mengukuhkan iman kepada Allah dengan pedoman Alquran. Iqro adalah keseimbangan dalam ilmu. Artinya apa yang kita baca, harus kita aplikasikan dan diwujudkan dalam amal. Maka, jagalah apa yang kita baca. Begitu pun, apa yang kita tulis, apa pun itu harus kita pertangungjawabkan. Periksa lagi, benarkah apa yang kita baca/ tulis.

Kedua, tentang menghitung. Islam juga adalah agama yang mengharuskan umatnya supaya pintar berhitung. Sangat miris, di lingkungan kita pasti banyak sekali anak-anak yang pintar matematika, namun jarang sekali kita menemukan seseorang yang ahli menghitung waris. Padahal dasar mengitung waris, sudah jelas besarannya dalam Alquran. Jangan sampai ilmu yang ada dibuat untuk melakukan hal maksiat.

Di Kuttab, menghitung adalah ilmu pilihan. Diajarkan tersendiri, namun diintegrasikan pada ilmu lain. Tentu saja didasarkan pada Alquran. Contohnya, kisah di surat Ad Dhuha, tentang Asbabun Nuzul. Dari situ, bisa diajarkan tentang durasi kegiatan lama/ sebentar, bilangan belasan dan kelipatannya. Contoh integrasi, misalnya dengan IPS, saat belajar angka 3, tugasnya adalah bersilaturahmi dengan 3 tetangga.

Mengajarkan ilmu juga harus berkesinambungan supaya ilmu melekat. Jika merunut dari shiroh, perintah membaca jauh lebih dahulu daripada perintah sholat. Sholat saja diajarkan saat 7 tahun, berarti bukan masalah jika calistung diajarkan sebelum 7 tahun.

Sebagai orangtua boleh punya target, tapi jiika anak belum mampu, jangan kecewa berlebih. Sabar dalam proses, hati-hati pada niat. Sudah berusaha, sudah konsisten, ikhlaskan pada Allah. Berusaha saja, serahkan pada Allah. Allah yang menciptakan, dengan izin Allah pula, anak akan diberi pemahaman.

Iman sebelum Alquran, mempelajari Alquran untuk menambah keimanan. Jadi jadikan membaca, menulis, dan berhitung sebagai salah satu cara kita mendidik anak supaya menaati perintah Allah, supaya lebih dalam imannya karena pengetahuan calistungnya nanti.

Insya Allah, Allah akan mudahkan πŸ™‚

Waktu pemaparan ini, mataku sampai berkaca-kaca. Wooooow, saat iman seseorang sudah tinggi, bahkan calistung aja jadi bermakna begitu besar. Ayo niat ulang, ngajarin anak calistung adalah salah satu cara kita supaya Allah ridho karena itu adalah perintah Allah. Iqro’ πŸ˜€

Abis sekolah, karena malemnya masih aja sibuk ngurusin album Kirana #2 dan ngebut bikin PR ini, pergi sekolah pas belum beres-beres sama sekali. Dan telat beberapa menit πŸ™ Suami sama anak juga gak disiapin bekal, Jadi mereka harus cari sendiri. Maaf yaaa pak suamii :* Makasiih jagain anak-anak πŸ™‚

Pulang dari sekolah, mampir bentar ke rumah Chaca. Main sekalian nganterin pesenan gamis sama kerudung ibu ini πŸ˜› Sebenernya pengen lama, tapi inget cucian yang segunung dan rumah yang berantakan bangeeeet, ditambah tempat parkir biasa udah dipalang jadi harus parkir di depan RM Padang, jadi cuma bentar ke sana πŸ˜› Maaf ya Chaaa πŸ˜›

Categories
My own corner Sekolah Orang Tua Sharing Is Caring

Akademi Keluarga Sesi 13 : Panduan Wisata & Bermain Keluarga Muslim

Satu kali terpaksa bolos ‘sekolah orang tua’ pas mudik Oktober lalu. Dapet sih modulnya, tapi aku kok belum dapet kliknya kalo cuma baca ringkasan materi dalam format powerpoint itu. Jadi ada 2 sesiΒ  yang belum aku share ya. Semoga ada jodoh buat nulis 2 sesi itu sebisa aku πŸ˜€

Lompat ke sesi 13 πŸ™‚ Sekolah bulan November 2014.

Akademi Keluarga Sesi 13 : Panduan Wisata & Bermain Keluarga Muslim

Oleh : Ustadzah Nunu Karlina

Β Tema pertama, Panduan Wisata. Di dalam Alquran, perjalanan bisa diterjemahkan sebagai bepergian (terutama untuk berdagang), yang mengembara (atau menjelajahi bumi), dan yang berpuasa (karena hanya makan bekal seadanya). Wisata bisa diartikan sebagai bepergian dari satu negeri ke negeri lainnya dalam rangka rekreasi, penyelidikan, atau investigasi. Tujuan wisata yang disebutkan syariat adalah perjalanan menuju ke tiga masjid, yaitu Masjid Haram, Masid Rasulullah, dan Masjid Aqsa.

Hukum berwisata pada dasarnya adalah mubah. Jika untuk ibadah haji atau berjihad, maka hukumnya menjadi wajib, karena menjadi sebuah ketaatan pada Allah SWT. Jika dilakukan dalam rangka berdakwah, mengambil pelajaran dengan jalan merenungkan tanda-tanda alam yang mereflesikan kebesaran Allah, dan untuk mengamati nasib bangsa-bangsa terdahulu termasuk apa yang menimpa mereka disebabkan dosa-dosa mereka, makan berwisata menjadi dianjurkan. Jika berwisata hanya untuk kesenengan ke tempat yang di dalamnya tersebar kerusakan, hukum berwisata menjadi Makruh. Sedangkan yang menyebabkan hukumnya menjadi haram, adalah wisata yang dilakukan dengan tujuan maksiat dan menjadi mempersempit hak-hak orang lain yang ditetapkan Allah (misal, berwisata tapi menunda membayar hutang).

Selain itu, kita harus sangat memperhatikan adab berpergian. Banyak berdoa dari sejak keluar rumah, naik kendaraan, perjalanan, sampai kembali lagi ke rumah. Bukankah doa musafir adalah salah satu doa yang diijabah oleh Allah? Hapalkan juga dzikir yang disunahkan oleh Rasulullah. Alih-alih menyanyi “naik-naik ke puncak gunung”, lebih baik jika bertakbir. Seperti dalam hadits,

Etika bepergian pun harus selalu dijaga, seperti berniat mencari ridho Allah, membawa perbekalan rukhiyah dan materi, dan berakhlak baik selama perjalanan. Sebaiknya ditunjuk pemimpin, yaitu ayah. Kenakan pakaian yang menutup aurat.

Aktivitas di perjalanan pun harus tetap berpegang pada syariah. Tidak menunda waktu sholat. Wisata kuliner tentu saja diperbolehkan, namun harus tetap memperhatikan halal dan haramnya. Tahan lah diri untuk selalu memakan makanan yang halal. Jika di tempat wisata, ada permainan yang berbahaya, silahkan dihitung manfaat dan mudharatnya.

Tema kedua, Bermain Keluarga Muslim. Di dalam Alquran, kata main diartikan sebagai lalai dan perkataan yang sia-sia. Makna yang negatif. Di zaman Nabi, banyak anak kecil yang saat mereka besar menjadi orang yang mulia. Seperti apakah mereka bermain?

Dunia anak-anak identik dengan permainan. Bukan tidak boleh, diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim, Aisyah ra. biasa bermain-main boneka perempuan saat Rasulullah datang ke rumahnya pada waktu beliau kecil. Sebagai orangtua, bukan mainan mahal yang diperlukan anak, tapi interaksi per hari yang harus selalu dijaga.

Jangan biarkan anak lalai karena bermain. Ajari anak mengenal waktu bermain. Sebaliknya, jangan paksa anak bermain. Di dalam Islam, belajar itu ada adabnya. Bermain bukan tujuan, tapi jembatan saja. Belajar memang harus dikondisikan belajar, bukan sambil bermain. Duduk tertib, mendengarkan yang berbicara di depan. Dan pilih alat bermain yang benar (contoh : dadu dekat dengan judi, dilarang).

Kehidupan ini adalah perjalanan yang akhirnya adalah bertemu Allah SWT, mari kita isi dengan banyak kegiatan bermanfaat dan diridhoi, dan menjauhi kesia-siaan sebagai bekal kita untuk pulang ke negeri akhirat nanti.

Yang paling jleb tentang adab belajar. Weeew, jadi gak ada itu pembenaran anak kinestetik! Belajar ya harus duduk *lirik tajam ke Akhtar πŸ˜› Bermain sambil belajar jadi berasa mentah sekali πŸ™

Semoga bisa lebih disiplin tentang belajar dan bermain ini ya πŸ™‚

Categories
Hope & Dream Just My Thought Keluarga My own corner

Hasil Ujian Itu…

Sesungguhnya mengingat 2 bulan yang udah lewat itu ternyata berat sekali yaaaa buat otak? Hahaha.. Ya sudah, nanti kalo sudah lowooong banget baru dicicil ditulis di sini πŸ˜› Nanti mau nulis-nulis mulai dari Januari aja dulu kali yaa? πŸ˜€

Yang ter-gres dulu. Jadi, waktu nulis yang rasanya udah lama banget itu, aku pamit mau ujian. Kami cuma dibekali 5 modul yang bisa didownload. Tanpa tatap muka di kelas. Gak kaget sih, soalnya dulu pas UPKP ke golongan 2c juga gitu. Yang terasa beda, adalah kadar kepercayaan diri yang sudah merosot drastis πŸ˜› Sudah lama gak belajar, saingan banyak yang baru lulus kuliah dan cumlaude pula πŸ˜› Belum lagi ada dua anak kecil yang harus diurus πŸ˜€ Sama sekali gak sempet belajar, sampe rumah, niatnya belajar, malah ngerjain kerjaan rumah atau langsung tepar πŸ˜›

Jadi, I’m kidding youΒ  not, waktu memutuskan mau ikut itu, aku banyak sekali berfikir kalau aku cuma akan datang sebagai penggembira πŸ˜›

Tapi, sedikit semangat tiba-tiba menyeruak. Ibu, waktu aku isengΒ  bilang mau gak ke Jakarta supaya aku bisa belajar, langsung menyanggupi. Ya masak aku beneran datang ujian tanpa usaha sama sekali? Lah ini ibuku jauh-jauh dateng loh dari Palembang ;’)

Jadi aku pasrahkan saja hari-hari berlalu. Kalo ada waktu luang di kantor, malah milih ngedit album yang vouchernya expire 1 Desember πŸ˜› Sempet sekali memaksakan baca sekilas karena ada try out dari kantor. Hasilnya? Malu-maluin banget πŸ˜› Bertekad akan mulai belajar saat ibu sudah datang ke Jakarta. Sekitar 1 minggu sebelum ujian πŸ™‚

Tapi apakah bener bisa belajar? Hahahahahaha *ketawanya miris ini πŸ˜› Yang bener-bener bisa baca cuma pas perjalanan pulang pergi kantor. Kami memilih tetep naik mobil supaya aku bisa baca, dan masku bisa denger aku baca apa πŸ˜› Seringnya ya cuma persamaan dan lawan kata di buku TPA pinjeman dari Yoga πŸ˜› Itu juga harus disyukuri, karena aku sebenernya selalu mual kalo baca di perjalanan :))

Iya, ada tatap muka di kelas belum tentu efektif buat banyak sekali orang. Tapi buat aku, lumayan banget 5 hari tanpa dibebani dengan kerjaan yang terus bertambah. Apalagi waktu itu, di subbagian aku yang harusnya punya 4 personil, tertinggal 2 orang saja. Di kantor, sama sekali gak bisa meluangkan waktu buat baca 1 – 2 halaman saja. Sampe rumah, anak-anak mau main. Hahaha…*ketawa hampaΒ  *lirik 200 halaman :))

Jadi, kami memutuskan untuk gak masuk di hari Jumat terakhir sebelum ujian Seninnya. Berniat dengan sangat mau belajar. Ya walau ternyata tetep aja gak bisa sepenuhnya belajar (bahkan sempet kedistract beresin baju-baju buat keluar dari lemari :P), setidaknya jauh lebih banyak daripada kalo maksain belajar di kantor πŸ˜›

Jumat itu, pengumuman kalo lokasi aku sama Masku beda. Huwaaaaa..drama part 1 πŸ˜›

Hari Minggu, ada dua orang yang berusaha belajar sebisa mereka di rumah. Maaf ya anak-anak kalian jadi sering dicuekin πŸ˜› Niatnya gak sampe begadang, apa daya masih 3 modul belum selesai. Jadi malem itu, aku baru tidur jam 1/2 4 pagi dengan hidung meler karena begadang, dan pesen sama Ibu minta bangunin satu jam setelahnya karena harus berangkat pagi karena kami mau naik kereta. Yes, masku turun duluan di Pondok Ranji, lalu aku di Kemayoran sambung ojeg aja πŸ˜€

Jam 7 kurang banyak, aku sudah masuk ke aula. Sendirian πŸ˜› Sambil sentrap-sentrup, masih bolik-balik satu modul yang belum tersentuh sama sekali. Begitulah akibatnya kalo mau menghapal detail 200 halaman πŸ˜›

Ujian dimulai. Ternyata TPAnya ada sistem minus. Dan ternyata susaaaaah bangeeeet kosakatanya! Di wacananya juga kok ya banyak angka pula. Ah, gpp, masih bisa berusaha di hitungan. Loh loh ini harusnya bisa dihitung. Tapi kok waktunya mepet banget gini. Keluar ruangan, kepala berdenyut! Pengen nangis, karena inget Ibu udah jauh-jauh dateng dari Palembang, kok anaknya gak maksimal berusaha πŸ™

But, the show must go on. Lanjut ke materi 5 modul itu. Udah siap-siap susah soalnya waktu UPKP dulu soalnya detail sekali. Dan jreeeeng, 60 soal saja buat modul 200 halaman itu. Pengen nangis lagi, kok begini amaaat. Ada satu materi yang aku inget itu ada di halaman paling depan. Berpuluh halaman di belakang yang sudah diusahakan banget dihapal (sampe ada diagram segala!), blas, tertiup bagai butiran debu πŸ™ Oh iya, 30 menit saja, ruangan langsung riuh, udah gak sabar mau cepet keluar semua πŸ˜›

Hari itu, begitu ketemu Masku, aku langsung minta diajak makan bakso! Makin pening. Sampe rumah, pengen langsung tidur. Tapi anak-anak ngajak main. Hihi…

Hari kedua, Psikotes. Standar kepercayaan diri udah semakin merosot pas kenalan sama sebelah aku. Beberapa tahun lebih muda daripada aku πŸ™‚ Well, makin bikin semangat merosot, pas denger balikan kertasnya sementara aku baru ngerjain 2/3 halaman. Hahaha..ya sudahlah, nothing to lose. Do what I can do. As best as I can πŸ˜€

Yang penting sudah berusaha! Lah wong aku udah seneng banget ituuu pas liat Masku naik di gerbong yang sama waktu pulang ujian, padahal gak janjian! *cetek πŸ˜›

Let Allah do the rest πŸ™‚

Satu bulan, belum ada pengumuman. Ya sudahlah πŸ™‚

Rabu, 14 Januari 2015, sekitar jam 1/2 11 malem, “Ky, Kiky lulus nih UPKP”

tapi sayang Masku belum πŸ™

Terdiam, browsing di webnya, gak salah ternyata, dan tau-tau mata berkaca-kaca. Ya Allah, terima kasiiiiiiih πŸ™‚

I still can remember clearly what I felt when I wrote this posting. Allah menjawabnya 1,5 tahun kemudian. Aku seneng bangeeeeeeeeeet lulus UPKP. Tapi aku lebih seneng karena merasakan perbedaan cara aku menyikapinya. Bukan Kiky yang merasa kalo memang dia pintar dan wajar banget kalo lulus. Tapi Kiky, yang jadi lebih percaya kekuatan besar doa suami, orangtua dan saudara-saudara. Kiky, yang sampe bisa nangis karena merasa kelulusan ini, menjadi salah satu yang terpilih dari sekitar 7 persen saja yang lulus ini, adalah rejeki yang sangat besar dari Allah. Rejeki yang harus dipertanggungjawabkan kelak. Ini adalah kelulusan pertama yang bikin aku sampe berkaca-kaca πŸ™‚

Ah, 2005 ke sini. Setelah 2 kali harus berjuang. 9,5 tahun kemudian baru bisa pindah pangkatnya ;’)

Ya Allah, terima kasih, terima kasih, terima kasih. Terima kasih sudah membantu aku belajar, menggerakan tanganku memilih yang benar. Terima kasih untuk pemikiran dan emosiku yang berkembang ini. Bantu aku ya supaya bisa mempertanggungjawakan kelulusan ini πŸ™‚

Semoga abis ini, ujian ini reguler ada, dan semoga Masku bisa segera lulus juga. Amiiiin :’) Tapi dipikir-pikir, emang bedanya apa, lah mau lulus gak lulus, aku kan tetep cita-citanya mau jadi istri sholehah yang nurut sama suaminya kan? *kecup Masku :* *tapi sekali lagi ada ujian, gadgetnya aku sembunyiin dulu sambil sodorin hasil TPA dan psikotest kami dulu yang nilai dia semuanya lebih gede daripada aku πŸ™‚

Categories
Hope & Dream Just My Thought My own corner

Dear Our Little Kingdom Dot Com,

I miss you! A lot!

Iya, emang lagi banyak kerjaan.

Iya, emang ngerjain album lagi.

Iya, lagi sibuk ngurusin jualan.

Tapiiiii, ada yang lebih pentiiing.

Ujian buat menyesuaikan ijazah yang terakhir diadain tahun 2011 itu, yang bikin gonjang-ganjing itu, tau-tau, bagai mukjizat dari Allah diadakan lagi.

Dengan pengumuman yang mepet, dengan proses yang harus buru-buru, insya Allah bentar lagi bisa ikut ujian.

Iya, deg-degannya parah karena saingannya buwanyaaaaaaak (ya, 3 tahun gak ada kan?) dan banyak di antaranya yang bener-bener masih baru lulus yang berarti masih sering belajar.

Tapi, harus dicoba! Berusaha yang keras, banyak berdoa, lalu berserah pada Allah SWT.

Semoga nanti, apa pun hasilnya, memang adalah yang terbaik untuk aku dan masku, dan keluarga kami πŸ˜€

Bismillah…

So, until it’s all over, rindu padamu aku pendam dalam-dalam dulu yaaaaa blooog :’)