Categories
Akhtar Letter

Surat untuk Akhtar #4

Akhtar sayang, surat ke 5 yang harusnya ada di ulang tahun ke 4, telat hampir 1/2 tahun. Huhu, maaf ya naaak πŸ˜› Memang di beberapa waktu belakangan ini, bunda cukup jungkir balik rasanya untuk menyelesaikan semua. Kerjaan kantor, tugas ‘sekolah’ bunda, project beberapa album buat keluarga kita, buat kamu, buat adek, buat kakek nenek, jualanan sampe ke banyak banget kepengenan bunda itu loh. Sampe-sampe blog keluarga kita jadi sering dianggurin. Sampe-sampe bikin surat buat kamu aja telatnya separah ini. Maaf yaaa, kak :*

Akhtar sayang, 3 ke 4 tahun. Bunda ingat muka bahagia kamu waktu sepeda hijau kamu bisa maju waktu kamu kayuh hanya setengah sadel karena kakimu belum sampai memutar satu putaran penuh. Haha, iya, dulu memang sepeda yang dibeli itu lebih besar dari ukuran seusia kamu. Supaya tahan lama πŸ˜› Tiap minggu bertambah baret di kakimu, lenganmu, lututumu. Tapi kamu tetap berusaha. Sampai akhirnya kamu bisa ngebut! Teruslah seperti itu ya nak, tumbuhlah menjadi anak yang tidak pernah merasa lelah mencoba, selalu berusaha, dan tidak menyerah πŸ™‚

Akhtar sayang, banyak sekali kepintaran yang diberikan Allah kepada kamu. Mulai dari toilet training yang lulus (yaah, sesekali masih sih kamu ngompol sekarang ini! :P), kosakata yang terus bertambah, penalaran pikiran yang makin berkembang, kemampuan motorik yang sangat baik (udah bisa lepas pasang kancing sendiri dan heiii, playground perumahan itu mah udah semuanya bisa ya kak? :D), nyusun puzzle sampe 100pcs lebih, bisa nyebut huruf R sampai ke hapalan surat dan doa. Di tahun ini juga kamu mendapat pengalaman baru lagi, melihat kebesaran Allah di Seaworld sama teman-teman. Berterimakasihlah selalu atas semua kepintaran dan kemampuan yang bertambah itu hanya kepada Allah ya nak. Allah yang Maha Pemberi πŸ™‚

Akhtar sayang, di balik semua kepintaran itu, bunda masih aja mengkhawatirkan badan kamu yang masih saja mungil. Kamu makan banyak, jarang sekali susah makan. Kamu juga tidak memilih (kecuali ayam sama daging kalau dimasak tidak empuk atau dipotong terlalu besar. Masih susah ya kak?). Bu guru bilang, di sekolah kamu akan makan sayurnya duluan, apapun itu, sampai habis, baru disusul lauk, terakhir baru nasi πŸ˜› Ya Allah, bantu kami lebih untuk hal ini boleh yaa? πŸ™‚

Akhtar sayang, di balik kejahilan kamu, kamu tumbuh menjadi anak yang peduli dan penuh kasih sayang. Tali tas temenmu belibet, kamu bantu benerin. Tantemu pake sepatu diinjek, kamu suruh berhenti jalan dulu, lalu kamu nunduk benerin sepatunya. Tapi yang paling bunda ingat, saat kamu habis sakit, dan ada perayaan hari ibu. Kamu yang biasanya demam panggung, jadi mau maju, dan bergerak sekenanya cuma karena Bunda bilang, bunda sedih kalo kamu gak mau maju. Huhuhu, terima kasih ya naaak :’) Kakak, teruslah tumbuh jadi anak yang penyayang ya nak, sekeras apapun dunia yang akan kamu hadapi nanti. Karena anak baik akan disayang sama Allah πŸ˜€

Akhtar sayang, kamu juga sudah menanamkan beberapa hal baik. Buang sampah di tempatnya, kalo lampu merah berhenti, membantu adek beresin minumannya yang tumpah dan lain-lain. Semoga bisa jadi kebiasaan baik yang akan memudahkan kehidupan kamu nanti ya nak πŸ™‚

Akhtar sayang, kamu juga udah bisa menamai perasaan kamu. Gak nyaman, nyaman, senang, sampai sedih. Bunda masih ingat di suatu malam saat Mbah pulang ke Lampung, kamu menahan tangis, dan baru pecah saat Bunda bilang tidak apa-apa kalo menangis. Nak, tahukah kamu, saat mendengar tangisan kamu, hati Bunda ini juga jadi sediiiih sekali, tapi Bunda harus menjadikan kamu anak laki-laki yang kuat, yang bisa menghadapi kekecewaan dan kesedihan dengan gagah perkasa. Kakak Akhtar nanti kan akan jadi pemimpin keluarga, kakak Akhtar adalah orang yang paling kuat di keluarga kamu nanti. Insya Allah, Allah bantu kita ya kak πŸ™‚

Akhtar sayang, pak polisi di rumah yang suka balikin kata-kata ayah bunda buat ayah bunda juga. Haha, pengingat ayah bunda supaya bertingkah dan berkata-kata yang baik terus yaa πŸ˜› Akhtar juga jadi pelindung Kirana, yang bantuin adek ngapa-ngapain, yang jadi partner in crime Kirana main air basahin baju, tapi juga yang aktif gangguin Kirana. Ah, kak, bunda masih suka aja bilang (terutama kalo beresin baju kecil kamu sama liat foto kecil kamu), “Ya Ampun ayaah, anak kita ini kok udah gede ajaaa!” πŸ™‚

Akhtar sayang, sungguh Bunda harus lebih banyak bersyukur karena Allah sudah menitipkan kamu ke keluarga kecil kita. Seorang laki-laki kecil yang menentramkan hati kami. Terima kasih untuk banyak sekali perhatian kamu, terutama saat Bunda harus memilih mendahulukan Kirana dulu ya, nak. Terima kasih kamu yang mau memeluk Bunda dari belakang, saat Kirana masih butuh disusui Bunda, padahal kamu ingin tidur sambil dipeluk Bunda. Terima kasih nak.

Sekali lagi Bunda minta maaf untuk hal buruk yang kami tidak sengaja perdengarkan, perlihatkan, contohkan ke kamu ya kak. Semoga Allah mau menghapuskan hal-hal jelek itu dari ingatan kamu yang ternyata bisa megingat hal yang sudah cukup lama berlalu. Semoga Allah berkenan menjadikan kamu anak yang berakhlak baik dan nanti akan menjadi anak sholeh yang doanya akan didengar oleh Allah.

Muhammad Akhtar Zeeshan, laki-laki kecil kesayangan kami. Selamat ulang tahun ke-4 ya kak. Tinjulah congkaknya dunia, doa kami di nadimu πŸ™‚

Kami sayang sekali sama kamu :*

Categories
Akhtar Letter

Surat untuk Akhtar #3

Surat ke-empat, dan telat lagi. Sudah terbiasa ya nak? πŸ˜› Sindrom mendadak otak buntu, mendadak bingung, mendadak gak tau mau nulis apa di setiap ulang tahun kalian, kamu dan adikmu. Gpp, ya, nak? Nulis surat buat kalian yang cuma setahun sekali harus di waktu yang benar-benar longgar, seperti sekarang *kemudian Bunda dipelototin bos πŸ˜›

Akhtar sayang, 27 Agustus 2013, bayi kecil Bunda umurnya bertambah lagi. Pagi itu kamu bangun lebih gampang, karena denger “Siapa yang ulang tahun ke-tiga hari ini?”, “Sayaaaaaa!” πŸ˜› Lalu cepet mandi untuk buka kado. Kado pertama yang Bunda dan Ayah sengaja belikan dan berikan tepat di hari ulang tahunmu πŸ˜› Bunda terharu tau kamu udah bisa memainkan pianika, meniup dan memencet tombol berbarengan πŸ™‚ Pianika yang g mahal itu kamu peluk sambil mainkan sepanjang jalan ke sekolah. Seperti mengerti kalau hari itu istimewa, kamu makan dengan cepat di mobil. Berbicara dan bertanya lebih banyak. Entahlah, kamu sudah mengerti atau cuma membeo, hari itu kamu dengan bangga bilang “Kakak ulang tahun ke-tiga hari ini” di depan gurumu, di depan temanmu, di depan Om Tante di ruangan Bunda. Waktu siang, waktu Bunda ke TPA buat nyusuin Kirana, kamu tiba-tiba minta telponin Kakek dan Nenek untuk cerita kalo kamu ulang tahun hari itu πŸ˜› Di penghujung sore, bu guru cerita kalo kamu juga bercerita kalo dikasih kado sama ayah bunda dengan muka sumringah ;’) Terus seperti itu ya, nak. Bersyukur untuk semua yang kamu dapatkan. Jangan pandang bentuk, ukuran, apalagi harganya. Ingatlah usaha, harapan, dan doa yang mengalir di setiap pemberian orang untukmu.

Akhtar sayang, siang itu, Bunda pergi ke Pasar Gembrong di Prumpung dengan tante-tante di TPA, pulang-pulang bahagia sekali bawa tentengan meja-mejaan belajar buat kamu dan Kirana. Oh iya, hari itu, Bunda perdana beliin adikmu mainan yang cewek sekali, masak-masakan πŸ˜› Itu kado Nenek dan Kakek buat kalian. Jangan lupa, Mbah di Lampung pun sudah membelikan sepeda. Lihatlah, kasih sayang mereka pada kita, pada kamu dan Kirana. Tak cukup dihabiskan untuk menyayangi ayah dan Bunda saja, sekarang mereka masih punya sayang yang meluap untuk kalian, cucunya. Doakan ayah bunda punya sayang sebesar itu juga buat kamu, adikmu, dan keluarga kalian nanti di masa depan. Bunda doakan juga kamu bisa punya kasih sayang seluas bahkan lebih luas daripada itu untuk kami, adikmu, dan keluarga kecilmu nanti. Bahkan sayang yang lebih luas untuk menyayangi orang-orang di sekelilingmu πŸ™‚

Akhtar sayang, g ada tiup lilin. Hanya ada nyanyian Selamat Ulang Tahun yang ujung-ujungnya kamu nyanyiin terus sendiri di hari itu. Bahkan malam itu, kita pulang lebih malam dari kantor karena Ayah Bunda terlalu malas ketemu macet parah di jalan karena perbaikan di tol Alam Sutera. Hanya kita, dan beberapa teman Bunda di kantor. Kamu dan adikmu kesenengan main mainan baru. Di jalan kamu tertidur, sampai rumah, masih tidur. Dan Bunda cium-ciumin kamu dan menye-menye bilang sama ayahmu “Bentar lagi kakak selesai ulang tahun ke-tiganyaa”. Maaf ya nak, ulang tahunmu berlalu tanpa ada perayaan seperti 2 tahun yang sudah-sudah πŸ˜› Karena yang terpenting, adalah bersyukur. Bersyukur untuk semua hal yang diberikan Allah pada kita. Nikmat iman, nikmat sehat, nikmat umur. Semoga semakin besar, kamu akan semakin mengerti tentang artinya bersyukur.

Akhtar sayang, 2 ke 3 tahun. Yang paling bikin Bunda terharu adalah sikap kakak-kakakmu ke Kirana. Walo kamu juga sering gemes, sering gangguin Kirana, sering g langsung mau minjemin mainan ke Kirana (Adek, izin dulu sama kakak! Kakak, boleh g? Boleeeh. *baru dikasih :P), tapi kamu jaraaaaaaaaaaang sekali membalas kalo Kirana yang belum ngerti itu g sengaja menyakiti kamu. Main, ‘baca’in cerita, sampe teriak-teriak “Adek, g aman!” kalo Bunda dan Ayah sedang ngerjain kerjaan rumah. Bunda yakin Kakak Akhtar akan jadi jagoan kesayangan Kirana. Terima kasih ya, nak. Menepis ketakutan Bunda g bisa membagi waktu buat kamu dan Kirana. Terima kasih untuk mengerti dan mengalah kalau Kirana sedang mimik. Terima kasih bantuin ayah dan bunda ‘jaga’in adek :’)

Akhtar sayang,kamu sudah semakin pintar bercerita dan mengingat yang kamu alami, walo penempatan waktu masih suka salah πŸ˜› Bunda senaaang sekali, buah dari bertanya kabar kamu setiap hari, akhirnya terlihat di suatu malam sebelum tidur sebelum Bunda tanya kamu bilang “Bunda, kakak tadi senang, bla bla bla”. Percaya kami terus ya nak untuk berbagi cerita. Doakan kami bisa jadi sahabat yang asyik di waktu kamu beranjak ABG nanti. Ayah Bundanya diajak ikut gaul ya, nanti :* Lalu setidaknya dengarkanlah ucapan kami, setidaksetuju apapun kamu dengan opini kami, pikirkanlah dulu baik-baik, sebelum kamu beragumen. Karena kami sayang sekali sama kamu, nak! *Yes, I will repeat and repeat and repeat that I love U much

Akhtar sayang, 2 ke 3 tahun, banyak kepintaran yang bertambah yang dikasih Allah sama kamu. Banyak pengalaman baru yang bisa kamu cicip. Study tour, flying fox, naik kuda, evaluasi, bagi rapor, bahkan lomba 17 Agustusan perdana kamu. Heeeey, kamu itu baru 3 tahun! See, how lucky U are, nak πŸ™‚ Kami, akan berusaha sebisa kami mampu, memberikan kamu banyak pengalaman dan pilihan. Lakukan yang bikin hatimu bahagia! Dan insya Allah, selama pilihanmu tidak berlawanan dengan perintah Allah, kami ada di garda depan untuk mendukung kamu πŸ™‚

β€œIt’s not only children who grow. Parents do too. As much as we watch to see what our children do with their lives, they are watching us to see what we do with ours” – Joyce Maynard

Quote yang sangat benar. Melihat tingkah kamu, mendengar ucapan dan pertanyaan kamu, melihat begitu cepat kamu menyerap (baik dan buruk), kami jadi ingin lebih pintar, lebih membekali diri dengan ilmu. Supaya bisa menjawab semua pertanyaanmu dengan benar.Β Supaya bisa mengawal kalian dengan baik. Adopsi parenting sana-sini, menemukan error-error, benahin, ganti gaya, gabungin cara. Maaf ya, kalian jadi kayak objek percobaan πŸ™ Tapi dengar ini, camkan dalam hati, apapun itu, kami melakukan ini karena kami sayang sekali sama kalian. Kalian hidup di saat banyak sekali berita dan kabar yang g enak terdengar. Kami g selalu bisa ada di dekat kalian dalam semua fase hidup kalian. Maka, sekarang, di sini, kami mencoba dengan sangat supaya bekal yang kami berikan bisa menjaga langkah kalian. Sambil tak putus berdoa, semoga Allah selalu ada di setiap langkah itu. Amin amin amiiiin.

Akhtar sayang, kamu sudah hapal doa makan dan doa tidur. Kamu sudah belajar ngaji iqro, walo sampe sekarang belom maju dari Ja πŸ˜› Kamu juga bikin kami terharu karena hampir selalu bisa tertib kalo diajak sholat berjamaah di masjid. Hampir menetes air mata Bunda waktu pertama kali mendengar suara bayi bunda ini berteriak nyaring di antara “Amiiin” jemaah lain. Bergetar hati ini waktu kamu yang terbata-bata ngikutin surat Al Fatihah di radio terus bilang “Bunda, kakak seneng denger ini” Ya Allah, ya Allah, jagalah terus hati dan jiwa yang masih bersih ini. Bantulah kami menjadi pengawal kesholehan anak-anak kami ini. Amiiiiiiin.

Ah, tak habis-habis, Bunda bersyukur setiap melihat kamu dan adikmu. Di waktu sekarang ini, ayah bunda memang harus berhemat ketat supaya kita tetap bisa hidup layak. Banyak yang harus dikorbankan. Tapi, begitu melihat kenyamanan kalian, semuanya seperti memang layak untuk diperjuangkan. Hidup ini memang tentang berjuang, nak. Tapi jangan sampai kalian lupa menyenangkan diri kalian. Terus rukun sampai selama-lamanya, jangan sampai kalian terpecah belah, apalagi hanya untuk harta dunia. Ikatan keluarga kita jauh lebih penting daripada segala-galanya πŸ™‚

Maaf untuk ketidaksabaran Bunda, emosi Bunda yang kadang meluap karena lupa kalo kamu hanya sedang mencari tau. Maaf kalau kamu kadang harus mengalah karena Kirana sedang lebih butuh Bunda, dan kamu saat itu cuma mau sama Bunda. Maaf untuk hal buruk yang tidak sengaja kami perdengarkan, perlihatkan, atau yang kamu rasakan. Maaf kalo tanpa sengaja kami menjadi contoh yang buruk. Maaf kalo pengetahuan ayah bunda ternyata masih cetek sekali tentang banyak hal, terutama agama kita ini.

Akhtar sayang, terima kasih untuk semuanya ya nak. Apa yang kamu ajarkan dari sikapmu, motivasi supaya kami menjadi lebih baik, senyuman, tatapan sayang, apalagi kalimat “Kakak sayang banget sama Bunda, sama ayah, sama adek” Kami juga sayang bangeeeeet sama kamu, little man! Terima kasih untuk pelukan kamu. Bunda sedih kalo kamu kadang suka protes kalo dipeluk “Bunda, izin dulu!” πŸ˜›

20130827_Akhtar3tahun!

Selamat ulang tahun yang ke-3, Akhtar sayang. Semoga kamu menjadi anak yang terpilih dan berderajat tinggi serta berakhlak baik seperti Nabi kita, Nabi Muhammad SAW.

Bunda sayaaaaang banget sama kamu :’)

Categories
Letter Milestone

Surat untuk Akhtar #2

Akhtar sayang, bunda nulis surat lagi untuk kamu ya? πŸ™‚ Surat pertama bunda tulis waktu kamu masih di perut, saat kita menunggu waktunya berjuang bersama. Surat kedua harusnya tepat di ulang tahun pertama kamu, tapi ternyata telat hampir sebulan. Ini surat ketiga untuk kamu, harusnya surat wajib setiap ulang tahun kamu ini udah dibikin 2 minggu yang lalu. Maafkan lagi-lagi telat karena kita masih beradaptasi karena punya anggota keluarga baru, ‘dedek bayi dianda’ kamu πŸ™‚

Akhtar sayang, malam ini bunda terbangun karena seperti biasa, kamu mau minum air putih “Una, inum utih” πŸ™‚ Dan sekarang sudah hampir jam 2 pagi, dan bunda malah melek πŸ˜› Kamu, di samping kiri bunda, sedang tidur nyenyak dengan arah yang tentu saja sudah berubah dari posisi tidur semula πŸ˜› Bunda selalu seneng liat kamu tidur. Sepertinya semua terasa damai πŸ™‚

Akhtar sayang, tahun kedua ini dimulai dengan kamu yang baru bisa berjalan. Bunda masih ingat, sore itu, langkah pertama kamu terjejak untuk ngambil miniatur littlefoot yang Bunda pegang. 7 langkah pertama kamu! Rumah kita heboh sore itu. Ayah Bunda yang kesenengan ini nyuruh kamu bolak-balik terus! Hahaha, maaf ya naaak. We were just too happy πŸ™‚

Akhtar sayang, di tahun kedua ini kamu pun ‘naik kelas’ ke kelas peralihan. Bunda sempet liat kamu ikut-ikutan kakak-kakak besar senam, dengan gerakan yang masih ngawur, lebih ke arah joget πŸ˜€ Mata bunda sempat basah, sedikiiiiit aja kok. Kenapa? Karena kamu bukan bayi lagiiii! Oh my God, gimana nanti saat pertama kali nganter kamu sekolah beneran? Bisa mewek kali bundamu ini! πŸ˜› Dan iya, itu terulang waktu liat kamu ikut Pawai Kartini pertama kamu! Aiiiiiih, anakku udah gede πŸ™‚

Akhtar sayang, sekarang kamu sedang belajar bicara. Denger kata baru yang kamu ucapkan, kata-kata yang dirangkai jadi kalimat sederhana, usaha kamu mengingat kata karena ingin cerita itu membawa satu lagi kebahagiaan dalam keluarga kita. Terus belajar ya nak πŸ™‚

Akhtar sayang, waktu kamu masih 15 bulan, bunda baru tau kalo bunda hamil dedek bayi. G bisa dibilang gampang saat itu. Yang paling menyakitkan buat Bunda adalah suruhan orang-orang untuk segera menyapih kamu. Hey, g bisa gitu kan ya sayang? Iya siiih, di awal-awal, ngasih ASI buat kamu itu emang kayak ‘perang’ πŸ˜› Lupakan sakitnya puting yang luka, lengkingan tangisan kamu karena bingung puting itu jauh lebih bikin hati Bunda ini kayak diiris-iris! πŸ˜› Tapi Bunda pengen, semua tekad, perjuangan, keringat, air mata, dan dukungan semua orang yang sayang kita sampe bisa menjadikan moment menyusui-disusui itu menjadi momen yang romantis, bahkan ‘sakral’ buat Bunda, berakhirnya dengan manis. Tanpa maksa kamu. Alhamdulillah, di umur 19 bulan, kamu menyapih sendiri, dan Bunda harus ikhlas. Terima kasih ya sayang, untuk membuat semuanya terasa lebih mudah πŸ™‚ Semoga 19 bulan itu bisa jadi bekal besar dalam hidup kamu ya nak πŸ™‚ Dan jangan lupa bersyukur sama Allah yang udah ngasih kita kesempatan itu πŸ™‚

Akhtar sayang, di tahun ini juga kamu dikhitan! Hehe, kakekmu ituuuu! Bunda kan minta tolong hubungin dokter buat mengkhitan kamu, tapi belakangan Bunda baru tau kalo kakek sengaja ngulur-ngulur waktu karena g tega! Alhamdulillah, satu kewajiban besar dalam hidup kamu sebagai muslim sudah kamu lewati dengan jantan. U’re my big baby boy πŸ™‚ Dan, kamu tau? Kakek Nenek yang seperti umumnya, sayangnya keterlaluan sama cucunya, sekarang malah jadi lebih bangga-banggain kamu terus karena udah dikhitan! Hahaha πŸ™‚

Akhtar sayang, sekarang kamu udah punya adek. Kamu ternyata kakak yang protektif dan posesif. Terus begitu ya nak, bantu ayah bunda jagain adeknya. Adek juga sangat mengagumi kamu nih kayaknya. Gampaaaaaang bener senyum kalo Kak Akhtarnya udah ngajakin ‘ngobrol’. Dan ekspresi kamu itu loh naaak, kalo adeknya genggam telunjuk kamu, sumringah πŸ˜€

Akhtar sayang, sangat klise kalo Bunda bilang waktu kayaknya cepet banget muternya, kamu keliatan udah jauuuh lebih besar sekarang. Tapi emang gitu siiih ya πŸ˜› Ah, banyak banget kalo semua hal indah yang kamu bawa ke hidup kami ini ditulis semua. Kami, your #1 fans!

Akhtar sayang, terima kasih ya untuk semua hal indah itu. Senyum kamu yang masih dan selalu menguatkan hati Bunda. Senyum yang mengobati sedih, marah, dan kecewa Bunda. Senyum tulus itu. Tawa yang meceriakan hari kita. Tawa yang meringankan beban kami. Tawa yang membuat semua pilihan kami untuk kamu, yang masiiiih aja suka diurusin sama orang lain yang ngerasa tau banget tentang hidup kita ini, jadi terasa memang benar. Terima kasih untuk kerja sama kamu yang bikin perjuangan dan cerita hidup kita jadi lebih menyenangkan πŸ™‚

Akhtar sayang, terima kasih untuk semua genggaman tanganmu, pelukan hangatmu, dan ciuman-ciuman penuh sayang itu. Sungguh itu memberi suntikan semangat dan menumbuhkan lebih banyak cinta lagi untuk kamu. Bunda akan menikmati semua itu, karena kamu kan anak laki-laki yang kata orang-orang nanti pasti malu kalo meluk-meluk bundanya. Aaaah, bunda jadi mellow membayangkan saat itu datang nanti πŸ™

Akhtar sayang, maaf, kalo Bunda kadang g sabaran ngadepin ‘ulah’ kamu, ya nak? Bunda kadang lupa, kalo kamu itu hanya anak kecil yang masih belajar. Proses belajar kamu yang kadang ajaib itu kadang bikin Bunda jadi bawel. Bunda hanya terlalu sayang sama kamu. Maaf, kalo nada tinggi Bunda kalo kalah sama emosi bikin kamu sedih. Aaaah, bunda baru tau kalo abis marahin kamu itu rasanya ada yang sakit di hati ini. Rasa bersalah yang sangat besar kenapa marah. Doain Bunda yaa, semoga bisa lebih sabar dan sadar kalo kamu butuh Bunda dan Ayah mendukung dan membimbing selama kamu sedang belajar ini πŸ™‚ Tapiiii, jangan sengaja ngusilin Bunda, siiiih! *unyel-unyel πŸ˜›

Akhtar sayang, maaf untuk semua hal jelek yang tidak sengaja kami perlihatkan dan perdengarkan. Kamu dan adikmu adalah alasan untuk menjadi manusia yang lebih baik, supaya bisa jadi contoh yang baik. Karena perkataan saja g akan cukup kan untuk generasi cerdas seperti kalian? πŸ™‚ Maaf untuk cara kami mendidik yang masih labil ini. Kami janji akan terus banyak belajar untuk jadi orang tua yang sangat kamu banggakan, nanti πŸ™‚

Akhtar sayang, entah gimana menuliskan semua yang Bunda rasakan. Semoga semua hal kecil yang Bunda ingat dan tuliskan di sini nanti akan jadi pengingat yang manis untuk keluarga kita. I just too love U, little man πŸ™‚

Surat ini bunda sudahi dengan doa yaa? Tumbuhlah besar ya nak. Jadi anak yang kuat dan bahagia. Jadi lelaki yang sholeh, baik dan bertanggung jawab. Buatlah kami selalu bangga sama kamu, nak πŸ™‚

Kami semua sayaaaaaaaaaaaang banget sama kamu *cium dan peluk yang kenceng πŸ™‚

Categories
Akhtar Birthday Letter

Surat untuk Akhtar #1st year

Akhtar sayang, sekarang kamu lagi di ‘sekolah’, mungkin baru selesai makan buah, atau lagi main di luar, atau mungkin malah tidur, karena tadi pagi mata kamu udah sayu tapi tak juga mau tidur. Bunda nulis ini ‘nyuri’ waktu kerja. Tapi tenang sayang, karena sekarang emang g ada yang harus bunda kerjain πŸ™‚

Pertamaaa, bunda minta maaf yaaa karena telat banget nulis ini. Bunda pengennya wajib ada surat buat kamu di setiap ulang tahun kamu, tapi apa daya di hari ulang tahun kamu, kita ada di tempah Mbah di Lampung. No internet there, hunny *lirik ayah :P. Trus kita lanjut ke Palembang, berkumpul dengan orang tersayang bikin Bunda ngerasa sayang kalo waktunya dipake buat internetan. Begitu mulai kerja, ternyata datang kerjaan bertubi-tubi. Maaf ya sayang, hampir sebulan surat ini telat πŸ™‚

Akhtar, bunda masih ingeeet banget bagaimana perasaan Bunda saat kamu masih di perut, masih sesegar ingatan Bunda waktu nulis surat yang ini buat kamu, waktu kita menunggu saat kita harus berjuang πŸ™‚ Masih juga inget akhirnya saat berjuang bersama kamu datang. Sejelas menonton film di layar besar bisokop! Ya ya ya, kamu masih ingat kan sayang, kalo bundamu ini Pengingat, bahkan untuk hal kecil, sampe kadang terkesan so lebaaay πŸ˜›

Akhtar, Bunda pun masih inget sekali saat pertama mendengar tangisan kamu. Nyaring. Melengking. Begitu pun saat melihat kamu, bayi mungil yang di atas dada Bunda dengan mata besar dan jernih itu! Begitu rapuh. Begitu kecil dan terlihat lemah. Buah hati Ayah Bunda, separuh jiwa yang berbagi selama 9 bulan lamanya. It was a BIG MOMENT in Bunda’s life πŸ™‚ Kamu, buah cinta Ayah Bunda telah nyata, di depan mata πŸ™‚

Akhtar, dulu kamu cuma bisa menangis. Karena begitu rapuh kelihatannya, Bunda jadi terlalu takut untuk memeluk kamu nak. Bukan, bukan karena bunda tak sayang, tapi Bunda takut Bunda akan menyakiti kamu. Yah, itu kebodohan Bunda, yang membuat di bulan pertama, jadi terasa begitu berat. Karena kita masih harus belajar banyak. Sampai kita harus kembali ke Jakarta, dan tiba waktunya untuk mengasuh kamu hanya berdua Ayah pun, Bunda masih belum terampil dan sangat tidak pede kalo kamu akan nyaman dengan Bunda πŸ™

Akhtar, dengan pertimbangan supaya kita bisa lebih dekat dan karena ayah bunda tak yakin meninggalkan kamu di rumah dengan orang yang tidak kami percaya, akhirnya kamu harus dititipkan di Taman Penitipan Anak di komples kantor Bunda. Sejak kamu berumur 2 bulan. Dikomentarin orang? Dicemooh orang? Itu makanan sehari-hari!Β  Tapi kami tutup telinga, karena kami tau kami sedang berusaha memberikan apa yang menurut kami paling baik untuk kamu, untuk keluarga kita.

Bulan berlalu, pelan-pelan hubungan kita semakin harmonis. Bunda semakin yakin kalo kamu nyaman bersama Bunda. Bunda semakin yakin kalo hanya pelukan saja tidak akan menyakiti kamu. Yah, kita, bertiga harus saling mendukung di kejamnya ibu kota πŸ™‚ Kita bertiga bekerjasama. Kita semakin terikat, semakin saling mebutuhkan. Alhamdulillah, akhirnya Bunda benar-benar merasa kalo Bunda g akan jadi Bunda yang buruk buat kamu πŸ™‚

Akhir tahun lalu, kita pindah ke Serpong. Ke rumah kecil kita. Bahagianya tak terkira. Tapiiiii, semakinlah orang berkomentar jelek. Anak bayi kok dibawa bolak-balik Jakarta-Serpong? G kasian? No no no, jangan pernah dengar omongan mereka ya nak. Mungkin nanti kamu masih ingat, beberapa kali melihat Bunda menangis saat memeluk kamu di motor saat hujan tiba-tiba turun dan kamu harus meringkuk di dalam jas hujan besar itu, saat kereta tiba-tiba bermasalah sampai kita harus terlunta-lunta di stasiun di malam hari saat kamu harusnya sudah nyaman bermain di rumah. Nak, mengertilah ya. Saat ini, fasilitas seperti itulah yang bisa kamu berikan buat kamu. Kita bukan orang kaya, kita sedang berjuang untuk hidup kita yang lebih baik nanti. Amiiiin πŸ™‚ Sampai saat itu tiba, teruslah berkerjasama ya seperti yang selama ini. Sungguh, kamu, bayi kecil, adalah anak kuat! Bunda tau itu πŸ™‚

Akhtar, kita harus bersyukur kepada Allah SWT, karena Allah memberi Bunda kesempatan memberi kamu air susu Bunda sampai saat ini. Walau ASI bunda tidak berlimpah, beberapa kali juga harus kejar setoran, tapi alhamdulillah cukup. Itu adalah rejeki luar biasa dari Allah, nak. Kita berdoa semoga Allah masih memberi kita kesempatan sampai kamu berusia 2 tahun nanti ya? πŸ™‚ Tentang makanan, ya, bunda emang sering dikatain lebay karena batasin apa aja yang boleh kamu makan, harus sesuai waktunya sampe 1 tahun kemarin. Tapi percayalah nak, walo bukan makanan yang wah, insya Allah itu emang yang telah ayah bunda usahakan yang terbaik untuk kamu πŸ™‚ Semoga itu semua akan jadi bekal besar dalam hidup kamu ya, nak.

Akhtar, terlalu banyak hal indah yang kamu bawa, nak. Terima kasih untuk senyum kamu yang tulus itu, senyum yang tidak pernah berubah sejak dulu saat kamu ompong sampai sekarang bergigi 4. Senyum yang menyejukkan hati ayah bunda. Senyum yang melunturkan lelah. Senyum yang menjadi pengobat segala kesal dan amarah. Terima kasih juga untuk tawa kamu yang membuat ceria rumah kita, tawa yang menyambut Bunda setiap siang dan sore saat Bunda jemput di TPA, tawa kamu di tengah padatnya kereta yang membuat kita lebih kenal banyak orang lagi, tawa kamu yang mengisi hati kami πŸ™‚ Terima kasih untuk genggaman tangan kamu yang menjadi penguat kami selama ini πŸ™‚

Terima kasih juga karena kamu selalu mau bekerjasama, berjuang bersama ayah bunda. Terima kasih atas semua usaha kamu untuk terus belajar. Dari mulai memegang, balik badan, merangkak, duduk sampai berdiri. Terima kasih untuk membuat ayah bunda bangga. Insya Allah kami tetap akan jadi orang tua yang g membanding-bandingkan kamu dengan anak lain selama kami yakin sudah memberi stimulasi yang benar. Insya Allah kami akan selalu mendukung kamu, selalu jadi supporter kamu yang paling depan πŸ™‚

Maaf untuk semua hal buruk yang tidak sengaja kamu dengar, kamu lihat, atau kamu rasa. Sungguh tak ada maksud untuk menyakiti kamu ya, Nak. Terlepas dari rasa cinta kami yang meluap-luap ke kamu, ayah bunda cuma manusia biasa. Kadang kalah sama emosi, kadang kalah sama perasaan. Bunda akan terus belajar untuk menjadi orangtua yang lebih baik untuk kamu.

Akhtar, surat ini sudah terlau panjang, dan mungkin membosankan, lebih baik Bunda sudahi ya?

Selamat Ulang tahun yang pertama ya, nak. Tumbuhlah besar. Jadilah anak yang sholeh, pintar, dan baik ya, nak πŸ™‚ Ayah Bunda sayang kamu sangat πŸ™‚

Categories
Bebe Bebe Letter

Letter for Bebe

Bebe sayang,

Hari ini hari ke 15 bunda di Palembang. Bebe udah 38 minggu 5 hari di perut bunda, dan berarti 9 hari menuju hari kelahiran kamu. Huhu, bunda udah g sabar ketemu bebe, apalagi ayah lagi ada di Palembang sekarang πŸ™‚

Masih inget banget gimana senengnya bunda waktu liat garis merah muda yang tipiiiiis banget di test pack di pagi tanggal 22 Desember 2009 dan gimana ekspresi ayah waktu bunda tunjukin β€œiyaa ituuu” sambil meluk bunda. Bunda masih nyimpen 3 test pack dengan 2 strip itu πŸ™‚Β  Tapi bunda sama ayah masih harap-harap cemas sampe nanti periksa ke dokter. Sejak hari itu, bunda sama ayah manggil kamu β€˜bebe’ yang artinya sayang πŸ™‚

Beberapa hari kemudian, bunda sm ayah mudik ke Lampung. Mungkin karena kecape’an, di hari ke-2 di sana, tiba-tiba ada flek. Huwaaaa, bunda langsung manggil ayah β€œMaaas, ky g bener jaga bebenya atau ky cuma ngayal aja klo hamil?” sambil nahan nangis takut bikin keluarga di Lampung cemas. Ayah yang sama g taunya sama bunda cuma meluk bunda, erat banget. Akhirnya karena bingung harus gimana, terpaksa bilang juga ke Eyang Kakung sama Eyang Putri dan langsung dianter ke tante bidan terdekat yang ujung-ujungnya nyaranin ke AMC Lampung aja biar bisa di-USG di Metro. Setelah nunggu hampir 4 jam di antara rasa takut dan sangat berharap, akhirnya pak dokter (yang agak nyebelin cara ngomongnya) bilang emang bunda hamil, walo belum bisa dipastikan akan berkembang atau g karena usia kamu yang masih muda banget. Jam Β½ 11 malem, di motor, ayah megangin tangan bunda hampir di sepanjang jalan dan bilang β€œKy, beneran ada bebenyaaaa” dengan intonasi suara yang bunda masih inget banget sampe sekarang. Bayangin be, kamu yang waktu itu cuma kantung janin yang bahkan masih berupa titik bisa bikin panik, takut dan tentu saja sangat bahagiaaa banyak orang, terutama bunda sm ayah. Welcome to mommy, lovely bebe πŸ™‚

Minggu depannya, bunda periksa lagi di Jakarta sama Dr. Ony, yaah, walaupun dokternya bilang hal yang sama kayak dokter di Lampung, tapi bunda sama ayah jadi jauh lebih optimis, karena cara penyampaiannya yang enak didenger. Bunda dikasih obat penguat dan disuruh konsultasi 2 minggu dari situ. 2 minggu yang terasa sangat lama dan menegangkan. Alhamdulillah, di konsultasi berikutnya, Dr. Ony memastikan kalo kamu berkembang baik πŸ™‚

Setelah tau hamil itu, bunda semakin sering nyari informasi tentang kehamilan. Baca buku, browsing di internet, konsultasi sama Nenek di Palembang, sampe nanya-nanya ke temen-temen bunda yang sedang dan pernah hamil. Kadang bunda emang dapet ilmu, tapi kadang juga malah bikin bunda khawatir yang berlebihan. Hehe, maklum lah nak, kamu anak pertama bunda sama ayah. Bunda takut salah langkah yang bikin kamu g tumbuh sempurna. Bunda takut g bisa ngasih yang terbaik buat bekal kamu nanti πŸ™‚ Ayah? Hehe,walo masih suka marahin bunda, bunda juga ngerasa ayah jadi lebih perhatian sama bunda. Karena ada jagoan tersayangnya di perut bunda ini πŸ™‚

Minggu demi minggu, bulan demi bulan, yang selalu bunda tungguin adalah saat konsultasi ke dokter buat liat kamu, nak. Dan subhanallah, setelah sebelumnya sudah sangat terharu waktu denger detak jantung kamu setiap konsultasi, waktu usia kamu 3 bulan, bunda sm ayah udah bisa ngeliat kamu dalam wujud bayi yang sangaaat mungil. Bayangin, cuma ngeliat kamu di layar hitam putih itu aja, bunda sama ayah udah senyum-senyum g jelas trus, apalagi pas kamu udah mulai berani nyolek, nendang, nyikut bunda dari dalem perut sana. Bener-bener bikin bunda kadang jadi kayak orang gila senyum-senyum sendiri. Hehe, ayah sempet kamu bikin manyun nak waktu kamu nolak ngerespon pas ayah yang megang perut bunda. Tapi lama-lama, kamu udah ngenalin suara ayah yang sering ngajak ngobrol, bacain quran sm cerita dan akhirnya jadi berani nendangin ayah juga. Dan sejak itu, ayah g pernah absen nyium perut bunda πŸ™‚

G kerasa, sekarang bunda tinggal nunggu tanda-tanda kelahiran kamu. Tinggal nunggu Allah bilang β€œLets Go!!” Hehe, daaaan kamu tau be, 2 minggu terakhir ini jadi saat paling mendebarkan dalam hidup bunda. Bunda pengen cepet ketemu kamu, nak. Iya siy, kadang bunda tiba-tiba jadi cemen lagi, bunda kan takut banget sama darah, luka, dan temen-temennya itu. Tapi rasa pengen cepet ketemu kamu ngalahin itu. Allah pasti bantu kita, bebe juga pinter kan ya nak cari jalan lahirnya? Kita sama-sama berjuang saat waktunya tiba nanti. Insya Allah, ayah juga akan selalu dukung kita, dimana pun ayah saat itu πŸ™‚

Be, bunda yakin bunda akan sangat merindukan saat-saat hamil ini. Terima kasih ya nak untuk jadi anak yang g nyusahin bunda selama hamil kamu. Terima kasih juga kamu udah jadi anak yang kuat, yang kuat bunda ajakin naik ke Gunung Bromo pas masih hamil 3 bulan, yang kuat bolak-balik naik pesawat, yang kuat pas bunda jatuh dari motor pas 8 bulan hamil. Terima kasih kamu udah bikin mata bunda semakin terbuka kalo banyaaak banget yang sayang sama kita.

Bunda juga minta maaf kalo bunda masih suka makan sembarangan, suka lupa minum air putih yang bikin air ketuban bunda cuma cukup aja, suka sengajain lupa makan vitamin dari dokter kalo udah bosen banget. Bunda juga minta maaf kalo kadang bunda masih suka lupa kalo kamu ngerasain semua yang bunda rasain, bunda masih suka mellow yang bikin kamu ikut sedih juga di dalam sana. Bunda kan cuma manusia biasa, be πŸ˜›

Be, bunda sayaaaaang banget sama kamu, bahkan sebelum kamu lahir. Semoga kamu nanti sayang banget sama bunda juga yaaa? Jadi anak sholeh yang bisa mendoakan orantuanya. Bunda cuma minta itu, bebe sayang πŸ™‚

Sekarang, ayo kita sama-sama doa sama Allah, semoga semuanya terus dilancarkan sampe hari persalinan tiba πŸ™‚

Bismillaaah….